Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Makna Idul Adha di Mata Ning Lia

Makna Idul Adha di Mata Ning Lia © mili.id

Anggota DPR RI terpilih Lia Istifhama (Ning Lia) - (Foto : Dok. Pribadi Ning Lia)

Surabaya - Hari raya Idul Adha yang setiap tahun dilaksanakan umat muslim banyak dimaknai sebagai hari berkurban.

Di momen Idul Adha tahun ini, ada sedikit catatan dari Lia Istifhama (Ning Lia), anggota DPD RI terpilih, sekaligus Wakil Sekretaris MUI Jatim.

Baca juga: Ketersediaan Lapangan Kerja Layak Bagi Putra Daerah Masih jadi Masalah Tiap Wilayah

Ning Lia menyampaikan sebuah hadits HR Ibnu Majah, Al-Jami’us Shaghier, hadits nomor: 4198) yaitu "Doa ayah itu menerobos tirai".

Menurutnya, hadits tersebut menunjukkan keutamaan doa seorang ayah kepada anaknya. Banyak kisah penuh hikmah yang menggambarkan potret kesungguhan dan kekuatan cinta antara seorang ayah dengan anaknya.

"Jika Rasulullah SAW merupakan potret cinta sejati seorang ayahanda dengan putri tercinta, maka Nabi Ibrahim AS yang disebut sebagai rasul ulul azmi, merupakan potret kedekatan seorang bapak dengan putra tercinta" ujar Ning Lia, Senin (17/6/2024).

Selain itu, dalam kitab “Misykatul Anwar” dikisahkan awal mula penyembelihan hewan kurban. Dikatakan bahwa peristiwa penyembelihan tersebut adalah sebagai pelaksanaan nadzar yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim sendiri dengan kata-kata: "Demi Allah kalau aku memperoleh anak laki, akan ku sembelih dan ku jadikan qurban untuk Allah".

Nabi Ibrahim mengucapkan nadzar itu ketika ia berqurban dengan seribu ekor kambing, tiga ratus ekor kerbau dan seratus unta. Orang-orang dan malaikat-malaikat sangat mengagumi amal qurban Nabi lbrahim itu. Namun beliau sendiri merasa masih kurang dan ingin mengorbankan anaknya sendiri jika Tuhan menganugerahinya.

Sesudah beberapa waktu berselang, sesuai dengan harapan dan permohonannya, Allah mengaruniai seorang putera bernama Ismail.

Setelah Ismail mencapai usia 7 tahun atau 12 belas tahun (menurut beberapa riwayat), Nabi lbrahim mendengar suara dalam mimpi: "Laksanakanlah nadzarmu".

Maka sehabis mimpinya yang pertama tersebut, Nabi lbrahim menyembelih seratus kambing yang dipilihnya dari kambing-kambing yang tergemuk. Ia pun mengira dengan demikian ia telah melaksanakan nazarnya.

Namun kemudian datanglah mimpinya yang kedua kali, bahwa ia diperintahkan menyembelih seratus ekor unta dari unta-untanya yang gemuk, dan ia pun melaksanakannya.

Akan tetapi kemudian datanglah mimpinya yang ketiga kali, di mana ia seakan-akan mendengar suara berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkan engkau menyembelih anakmu Ismail".

Dalam Kitab Majalisul-Abrar menurut riwayat Ibnu Abbas, diceritakan bahwa keesokan paginya Nabi Ibrahim memanggil Ismail sang putra tercinta sembari memeluk dan menangis.

Nabi Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih mu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu".

Ismail menjawab: "Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah engkau akan mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar".

Nabi Ibrahim terharu mendengar keikhlasan Ismail. Terlebih seruan menyembelih putra tercinta ia dengarkan berulang kali dalam mimpi yang ia alami tersebut. Sehingga ia tidak ragu-ragu lagi bahwa perintah itu adalah dari Allah yang menuntut pelaksanaan janji nazarnya.

Nabi Ibrahim kemudian membicarakan hal ini kepada Hajar, ibunda Ismail. Sebagai ibu, Hajar merasa berat hati. Namun ia harus merelakan anaknya disembelih karena mereka adalah orang-orang yang taat kepada Allah.

Tatkala Nabi Ibrahim hendak membawa puteranya ke tempat penyembelihan, ia berseru kepada Hajar agar memberi pakaian yang terbaik kepada Ismail yang akan diajaknya ke suatu jamuan. Lalu pergilah keduanya menuju suatu tempat dekat Mina.

Baca juga: Surat Terbuka Khusus kepada Anggota DPD RI

Pada saat itu, lblis berusaha sekuat tenaganya untuk menggagalkan rencana Nabi Ibrahim dengan mondar-mandir mendatangi Nabi lbrahim, Nabi lsmail dan ibunya Sitti Hajar seraya membisik-bisikkan bujukan dan rayuan dan fitnahan di antara ketiga hamba Allah itu.

Namun, iblis gagal dan tidak berhasil melakukan bujuk rayu, melainkan ia justru mendapat Iemparan batu dari lsmail tepat mengenai mata kirinya, sehingga tercungkil.

Kemudian sesampainya mereka di Mina, terjadiah tanya-jawab antara Ibrahim dan puteranya lsmail sebagaimana diceritakan dalam Q.S. Ash-Shaffat ayat 99-105.

Sebelum penyembelihan dilaksanakan berkatalah Ismail pada ayahnya:

"Hai ayahku! Ikatlah kedua tanganku agar aku tidak dapat bergerak sehingga mengganggumu tengkurapkan wajahku di atas tanah agar engkau tidak terharu. Sehingga timbul rasa kasih sayangmu kepadaku, jagalah pakaianmu agar tidak terkena cipratan darahku sehingga mengurangi pahala dan menyedihkan ibuku jika ia melihatnya. Asahlah baik-baik pisaunya agar berlalu licin dan cepat di leherku sehingga meringankan rasa pedihku.

Bawalah pakaianku kepada ibuku sebagai tanda kenang-kenangan, sampaikanlah salamku kepadanya dan pesanku agar ia sabar menjalankan perintah Allah dan janganlah engkau beritahukan padanya, bagaimana engkau mengikatku serta menyembelihku dan janganlah membiarkan anak-anak remaja mendatangi ibuku agar tidak memperingatkannya kembali kepadaku sehingga menjadikan ia sedih dan susah".

Diceritakan bahwa pisau yang diletakkan pada leher Ismail menjadi tumpul tidak dapat berfungsi sehingga Ismail berkata pada ayahnya:

"Hai ayahku! Kekuatanmu telah melemah disebabkan cintamu padaku, sehingga engkau tidak berkuasa menyembelihku".

Kemudian Ibrahim mencoba pisaunya pada sebuah batu yang ternyata dapat dipotongnya menjadi dua.

Baca juga: Presiden Jokowi Saksikan Pengucapan Sumpah Anggota DPR/DPD/MPR RI Periode 2024-2029

Lalu berkata beliau pada pisau yang dipegangnya: "Engkau dapat memotong batu, tetapi tidak dapat memotong daging".

Dijawab oleh pisaunya dengan kuasa Allah: "Engkau memerintahkan aku memotong, sedang Tuhan Rabbul-alamin melarangku, bagaimana aku dapat mematuhi perintahmu dan melanggar perintah Tuhanku".

Sesudah terlihat nyata kesabaran dan ketaatan lbrahim dan Ismail AS kepada Allah SWT, maka Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing.

"Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar". (Q.S. Ash Shaffat, 107).

Diceritakan bahwa kambing yang dibawa oleh Jibril guna menggantikan Ismail, ialah kambing yang dikurbankan oleh Habil yang masih hidup di surga hingga saat dikurbankannya mengganti lsmail.

Diriwayatkan bahwa Allah SWT berfirman kepada malaikatNya yang sedang mengagumi kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Ismail, sehingga Allah mengirim kambing dari surga untuk menggantikannya sebagai kurban:

"Demi keagungan dan kebesaran-Ku andaikata semua malaikat memanggul kurban di atas punggungnya, tidaklah akan dapat mengimbangi kata-kata Ismail: Lakukanlah hai ayahku apa yang diperintahkan kepadamu, engkau akan mendapatkan aku Insya Allah dari mereka yang sabar".

Sejatinya cinta seorang ayahanda kepada putra yang dinantikannya sekian lama, ternyata tak mengurangi kecintaan kedua hamba mulia tersebut kepada sang Pencipta. Itulah mengapa nabi Ibrahim pun dijuluki Khalilullah yang artinya adalah kekasih Allah SWT.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait