Masuk Musim Panen, Petani Tembakau Bondowoso Khawatir Perubahan Cuaca

Masuk Musim Panen, Petani Tembakau Bondowoso Khawatir Perubahan Cuaca © mili.id

Tenaga angkut menaikkan tembakau ke sebuah pikap di Desa/Kecamatan Jambesari Darusholah, Kabupaten Bondowoso, Rabu (31/7/2024). (Deni AW/Mili.id)

Bondowoso - Sejumlah wilayah pertanian tembakau di Kabupaten Bondowoso mulai panen sejak Juli 2024 ini.

Para petani yang memiliki lahan tadah hujan, menanam tembakau pada April, tiga bulan kemudian panen yakni pada awal Juli.

Baca juga: Cium Kening Resepsionis Hotel di Bondowoso, Sopir Travel Tidur Penjara

Sementara untuk lahan persawahan, petani tembakau menanam sekitar Mei, mereka mulai panen di akhir Juli hingga Agustus 2024 ini.

Seorang petani tembakau bernama Sulton Agus Salim pun mengaku akan panen tembakau perdana pada awal Agustus 2024.

"Saya kan tanam tembakau Mei. Jadi baru awal Agustus ini panen perdana," kata Sulton, Rabu (31/7/2024).

Warga Desa Pejagan, Kecamatan Jambesari Darusholah ini menilai, cuaca belakangan ini cukup mendukung bagi tata niaga pertembakauan.

"Makin terik, makin bagus ke tembakau," kata dia.

Petani muda ini berharap harga tembakau tahun ini bisa semahal tahun lalu.

"Tahun lalu kualitas tembakau super, jadi harganya juga mahal," akunya.

Baca juga: Susi Anak Petani Jagung Asal Lombok Lulus Kuliah Kedokteran di UM Surabaya

Petani tembakau voor oogst kasturi ini menyebut bahwa harga jual tembakau kering tembus Rp 70 ribu per kilogram.

"Kami untung 100 persen, karena biaya produksi per kilogram tembakau kering sekitar Rp 35 ribu per kilogram," bebernya.

Kendati demikian, ia juga waspada adanya potensi perubahan cuaca pada Agustus 2024 ini.

"Karena kalau waktu panen justru mendung atau bahkan hujan, kualitas tembakau turun dan harga jual bisa anjlok," paparnya.

Baca juga: KPK Geledah Rumah Kontraktor Bondowoso, Buntut Gratifikasi Libatkan Bupati Situbondo

Dia mengingat pada tahun 2015 dan tahun 2020 lalu. Dimana harga jual tembakau kasturi hanya dihargai Rp 4 ribu - Rp 7 ribu per kilogram.

"Tembakau saat itu gak ada harganya," kenangnya.

Pada tahun 2015, kualitas tembakau merosot disebabkan paparan abu vulkanis akibat erupsi Gunung Raung.

"Sedangkan tahun 2020 itu karena hujan deras di saat masuk waktu panen tembakau," tutur Sulton.

Editor : Aris S



Berita Terkait