mili.id - Gempa megathrust di Indonesia 'tinggal menunggu waktu'.
Begitu catatan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam postingan akun X @daryonoBMKG miliknya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca 11 April 2025, Hujan Lebat Disertai Angin Ancam Maluku
"Kekhawatiran ilmuwam Jepang terhadap Megathrust Nankai sama persis dirasakan oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut," tulis Daryono dikutip mili.id, Selasa (13/8/2024).
"Rilis gempa di dua segmen ini boleh dikata "tinggal menunggu waktu", karena sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," tambahnya.
Postingan Daryono itu pun ramai diperbincangkan dan patut menjadi kewaspadaan bagi semuanya.
Lantas kapan terakhir kali Indonesia digundang gempa megathrust?
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, kedua megathrust itu terakhir kali gempa lebih dari dua abad silam.
Megathrust Selat Sunda terakhir kali tercatat terjadi pada 1699 dan 1780 dengan kekuatan gempa magnitudo 8,5.
Sementara Megathrust Mentawai-Siberut, tercatat terjadi pada Tahun 1797 dengan kekuatan magnitudo 8,7 dan pada Tahun 1833 dengan kekuatan magnitudp 8,9.
Melansir BMKG, megathrust merupakan gempa bumi yang berasal dari zona megathrust, di mana bagian dangkal suatu lajur pada zonasi subduksi mempunyai sudut yang landai.
Sedangkan zona subduksi merupakan zona kejadian gempa bumi yang terjadi di sekitar pertemuan antara lempeng tektonik.
Lokasinya dapat menjadi sumber gempa, ketika lempeng-lempeng tektonik bumi bergerak menuju kedalaman dangkal.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Indonesia 10 April 2025, Jatim Waspada Hujan Angin
Gempa ini dipercaya akan terjadi ketika melepas energi renggangan yang terakumulasi di antarmuka lempeng, karena subduksi lempeng Laut Filipina di bawah lempeng Eurasia (lempang Amur) di sisi daratan melebihi batas tertentu yang akan menyebabkan lempeng Eurasia kontinetal muncul.
Di Indonesia, segmen megathrust sudah dapat dikenali potensinya. Dan kini diketahui ada tiga zona megathrust di zona subduksi yang aktif:
Pertama Subduksi Sunda yang mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
Kemudian Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina dan Subduksi Utara Papua.
Di sisi lain, berdasarkan ulasan Wikipedia, megathrust merupakan gempa bumi berdorongan besar yang terjadi pada zona subduksi di sepanjang batas lempeng konvergen destruktif. Di mana satu lempeng tektonik tertekan di bawah lempeng yang lain.
Gempa ini adalah gempa bumi lintas lempeng yang paling kuat di planet ini, dengan besaran momen (Mw) yang dapat melebihi angka 8,0.
Baca juga: Prakiraan Cuaca 9 April 2025, Papua Barat Waspada Hujan dan Angin Kencang
Sejak Tahun 1900, gempa bumi berkekuatan 8,0 atau yang lebih besar, dianggap sebagai gempa megathrust.
Tidak ada jenis lain yang dikenal sumber terestrial dari aktivitas tektonik yang telah menghasilkan gempa bumi dari skala seperti ini.
Gempa megathrust hanya terjadi di zona subduksi tektonik dan sering dikaitkan dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Zona subduksi ini juga bertanggungjawab atas aktivitas vulkanik yang terkait dengan zona sabuk alpida atau sering terjadi di kawasan Cincin Api Pasifik.
Di kawasan Samudera Hindia, Sunda megathrust tempat di mana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia sepanjang 5.500 kilometer (3.400 mil) patahan di lepas Pantai Myanmar, Sumatra, Jawa dan Bali, dan berakhir di lepas pantai barat laut Australia.
Zona subduksi ini bertanggung jawab atas gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia pada 2004.
Editor : Narendra Bakrie