Genjot Swasembada Pangan Nasional, Grobogan Fokus Dongkrak Hasil Pertanian

Genjot Swasembada Pangan Nasional, Grobogan Fokus Dongkrak Hasil Pertanian © mili.id

Direktur Irigasi, Dirjen Prasqrana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Dyah Susilokarti di Desa Karangsari, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan beberapa waktu lalu (Foto: Riyo Prabowo/mili.id)

Jateng - Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang menjadi pilot project pertanian terus didongkrak untuk meningkatkan hasil pertaniannya.

Hal itu dilakukan untuk menunjang program Kementerian Pertanian Indonesia terkait pertumbuhan hasil tanam padi.

Baca juga: Relawan KPU Grobogan Sasar Desa Targetkan 1,1 Juta Pemilih Agar Tak Golput

Ribuah bantuan alat penunjang pertanian turun untuk mendongkrak hasil pertanian di Grobogan.

"Tak hanya mendongkrak hasil pertanian, juga menuju percepatan pertanian. Sehingga kelompok tani ora keset (tidak malas). Mendongkrak semangat mereka," jelas Direktur Irigasi, Dirjen Prasqrana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Dyah Susilokarti.

Hal itu disampaikan Dyah dalam kunjungannya di Desa Karangsari, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan beberapa waktu lalu.

Seperti yang sudah ada, 800 ribu ton per tahun menjadi 850 ribu ton sampai 900 ribu ton per tahun.

Pendongkrakan hasil tanam ini dilakukan dengan cara menambah lahan tanam dan waktu tanam.

Baca juga: 86 Rumah di Grobogan Rusak Akibat Hujan Angin, Sejumlah Pohon Tumbang

"Penambahan lahan dilakukan dengan optimalisasi penambahan suport irigasi. Selanjutnya untuk lahan pertanian baru, lebih dilakukan dengan cara menambah masa tanam. Dari dua kali tanam menjadi tiga kali untuk padi," sambung Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Sunanto.

Kelompok tani di Kabupaten Grobogan juga diminta untuk suporting pertanian dengan memberdayakan alat pertanian.

Peralatan pertanian tersebut seperti traktor, pompa air dan mesin perontok padi. Modernisasi alat ini juga menjadi progres pertanian modern yang sebelumnya hanya mengikuti sistem lama, tanpa terstruktur atau disebut pola tanam tradisional.

"Ada di antaranya irigasi pertanian padi yang mengandalkan non-irigasi modern dengan sistem irigasi terintegrasi. Pompanisasi yang ada saat ini masih kurang 5.000 hektar. Sehingga perlu dioptimalisasi lagi," tandasnya.

Baca juga: 19 Kelompok Gengster Semarang Sepakat Bubarkan Diri di Depan Polisi

 

Reporter: Riyo Prabowo

 

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait