Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Digitalisasi Karya Ulama. Bamusi Surabaya, Minta Keaslian Terjaga, Tidak Ada Teks Berkurang

Digitalisasi Karya Ulama. Bamusi Surabaya, Minta Keaslian Terjaga, Tidak Ada Teks Berkurang © mili.id

Abdul Ghoni Muklas Ni'am/Foto:roy/mili

Mili.id - Langkah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jawa Timur, yang mengalih mediakan naskah kuno ke digital, karya tulis ulama zaman dulu, diapresiasi Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Surabaya, Abdul Ghoni Muklas Ni'am.

"Kami mendukung penuh totalitas, karena  keorisinalitasnya (kitab kuno karya ulama) akan tetap terjaga." kata Ghoni kepada Mili.id, Senin (18/4).

Baca juga: Di Tangan Profesor ITS, AI Bermanfaat Lestarikan Naskah Kuno

Kendati begitu, Ghoni berharap, Disperpusi Jatim berkolaborasi untuk menelaah lebih dalam dengan beberapa ulama ulama yang mumpuni. Sehingga tidak ada sesuatu apapun yang ditinggalkan. "Dengan beralih ke digital, tidak akan  mengurangi satu teks apapun." ujar politisi PDI Perjuangan tersebut.

"Sehingga digitalisasi tersebut, benar benar bisa dipertanggungjawabkan keasliannya." Papar anggota Komisi C DPRD Kota Pahlawan ini.

Baca juga: Bamusi Surabaya Minta Orang Tua di Surabaya Perhatikan Pendidikan Anak

Ghoni mengimbau, sebelum running ke digitalisasi perlu kajian holistik secara keseluruhan dengan beberapa para ulama "Sehingga orisinalitas kitab tetap terjaga dengan baik." sambung Ghoni.

Menurut Ghoni, ketika tekstual dalam artian kitab-kitab yang secara otentik dapat dijaga bentuk orisinil. Maka yang digagas Disperpusi ini dengan digitalisasi harus sama tanpa mengurangi apapun.

Baca juga: Halal Bihalal Warga NU Bulak, Ini yang Disampaikan Abdul Ghoni Mukhlas Ni'am

"Kalau semisal digitalisasi dengan teks teks itu berbeda maka perlu dipertanyakan." ungkap Ghoni.

Maka, Ghoni mengimbau tim perumus Disperpusip Jatim harus mengkaji keseluruhan secara benar tanpa mengurangi satu teks apapun. "Kalau mengurangi malah akan  menghilangkan nilai sejarah. Itu yang paling berbahaya." demikian Ghoni.

Editor : Redaksi



Berita Terkait