Selamat datang di mili.id - Platform Berita Terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai dari berita nasional hingga internasional, hanya di mili.id.

Mengenang Peristiwa Kanigoro Kediri 13 Januari 60 Tahun Lalu

Mengenang Peristiwa Kanigoro Kediri 13 Januari 60 Tahun Lalu © mili.id

Ilustrasi/Istimewa

Kediri, mili.id - Peristiwa Kanigoro terjadi 13 Januari 1965 atau 60 tahun lalu.

Kanigoro merupakan salah satu desa di Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.

Baca juga: 8 Februari 42 Tahun Lalu Olga Syahputra Dilahirkan, Begini Perjalanan Hidupnya

Peristiwa bermula ketika terjadi pengepungan yang dilakukan Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Pemuda Rakyat (PR) di Pondok Pesantren Al-Jauhar Kanigoro.

Pengepungan yang dilakukan BTI dan PR ini berujung pada penangkapan peserta pelatihan mental (mental training) Pelajar Islam Indonesia (PII) di ponpes tersebut.

Peristiwa itu kemudian diberi nama "Peristiwa Kanigoro", sesuai dengan nama desa setempat.

Kala itu, Kanigoro adalah desa yang dikenal sebagai basis Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan sebagian besar buruh tani di sana berafiliasi dengan BTI.

Pada masa tersebut, gerakan dan mobilisasi partai politik makin meningkat, termasuk PKI.

Sejak 9 Januari 1965, PII Jawa Timur mengadakan kegiatan pelatihan mental di sana dan memiliki peserta berjumlah 127 serta panitia 36 orang.

Meskipun izin kegiatan telah dikantongi, ada larangan mengadakan kegiatan dari Komandan Kodim Kediri.

Larangan itu khususnya pada acara ceramah yang menghadirkan salah satu mantan aktivis Partai Masyumi, M. Samelan. Namun, salah satu panitia yang merupakan Pengurus PII Jawa Timur, Anis Abiyoso, tetap memaksa Samelan untuk berceramah.

Pengepungan Ponpes Al-Jauhar

Baca juga: 29 Januari 75 Tahun Lalu, Panglima Besar Jenderal Soedirman Wafat

Peristiwa terjadi pada waktu subuh, sekitar pukul 04.30 WIB. Menurut aparat saat itu, massa yang hadir pada Peristiwa Kanigoro berjumlah 2.000 orang dan membawa senjata tajam.

BTI dan PR menyerbu masjid dengan alas kaki, sandal, dan kaki telanjang, sebuah perbuatan yang menyinggung umat muslim. Karena kalah jumlah, panitia keamanan tidak dapat menghadapi mereka.

Abiyoso mengatakan bahwa beberapa di antara mereka ada yang menginjak-injak, merobek, dan membanting Al-Quran. Setelah semua peserta acara tersebut dapat dikuasai, KH. Jauhari beserta para panitia dan peserta diarak sejauh 7 kilometer ke Polsek Kras.

Mereka tiba di kantor polisi pada pukul 07.00 WIB. Kabar tentang Peristiwa Kanigoro tersebut menyebar dengan cepat.

Putra KH. Jauhari, Gus Maksum Jauhari segera bersiap memegang kendali organisasi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kediri, yang merupakan salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU).

Baca juga: Pelaku Mutilasi di Ngawi Punya Istri Sah dan Punya Anak, Korban jadi Selingkuhan

Pada 18 Januari 1965, sekitar 8 truk yang membawa Banser bergerak ke Desa Kanigoro.

Karena hal tersebut, polisi mengambil langkah-langkah pengamanan. Salah satu langkah yang diambil polisi adalah menangkap Suryadi dan Harmono sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kejadian ini.

Setelah kejadian itu, pada 1 Februari 1965, ratusan anggota PII menggelar rapat guna menyikapi peristiwa tersebut. Seusai rapat selesai, mereka mendatangi dan melakukan pelemparan kantor PKI sebagai induk organisasi PR dan BTI.

Pengurus PII Jawa Timur Anis Abiyoso pun menjadi buronan polisi akibat kejadian ini. Polisi akhirnya menganggap kasus Peristiwa Kanigoro ini selesai ketika Anis menyerahkan diri di Malang, 12 Februari 1965.

Peristiwa Kanigoro diabadikan sebagai adegan pertama pada film Penumpasan Penghianatan G30S/PKI yang diproduksi Tahun 1984 oleh sutradara Arifin C. Noer, yang disponsori pemerintah orde baru.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait