Selamat datang di mili.id - Platform Berita Terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai dari berita nasional hingga internasional, hanya di mili.id.

Inspiratif, Polisi di Mojokerto Ini Bangun TPQ dan Santri Tidak Ditarik Biaya

Inspiratif, Polisi di Mojokerto Ini Bangun TPQ dan Santri Tidak Ditarik Biaya © mili.id

Aiptu Khoirul Sahudi dan istrinya saat mengajari mengaji. (Conk/mili.id)

Mojokerto, mili.id - Aiptu Khoirul Sahudi, seorang polisi yang berdinas di Polres Mojokerto Kota mendirikan Taman Pendidikan Quran (TPQ) tanpa biaya atau gratis kepada santriwan dan santriwati.

TPQ yang didirikan di belakang rumahnya sejak 2015 itu berada di Dusun Unggahan, Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Berawal dari istri pria 41 tahun, Siti Nur Faridatus Sholiha (33) yang merupakan lulusan Pondok Pesantren Salafiyah Safiiah di Desa Klinterrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto mengajarkan mengaji kepada kedua anaknya di tahun 2015.

"Tahun 2015 istri saya ini kan pertama mengajar ngaji ke anak sendiri Sultan dan Sufi dulu. Dari istri saya itu akhirnya tetangga ikut mengaji, tetangga kanan, kiri, depan. Pertama saya taruh di ruang tamu akhirnya santri kami bertambah banyak," kata Khoirul.

Ia menambahkan, tahun 2015 itu, santriwan dan santriwati sudah sebanyak 20 anak dan terus bertambah sehingga ruang tamunya sudah tidak muat.

"Sudah tidak muat lagi sehingga saya nambah ruangan lagi di garasi mobil karena saat itu jumlahnya mencapai sekitar 45 50 sehingga saya taruh di ruang tamu dan garasi mobil karena ada dua  rua yaitu jilid 1 sampai 3, dan jilid 4 sampai 6," ungkapnya.

Baca juga: Gus Lukman Jabat Ketua DPC PPKHI Mojokerto Raya, Siap Bantu Masyarakat

Aiptu Khoirul Sahudi dan istrinya saat mengajari mengaji. (Conk/mili.id)Aiptu Khoirul Sahudi dan istrinya saat mengajari mengaji. (Conk/mili.id)

Menurut pria empat anak ini, lantaran tidak ada tempat lagi, sehingga tanah kosong dan dibangunkan tempat TPQ yang layak untuk mengaji bagi santriwan dan santriwati.

"Sekarang santriwan dan santriwati kami kurang lebih ada 95 sampai 100. Terbagi tiga kelas, jilid 1 sampai 3, jilid 4 sampai 6 dan Al Quran," jelasnya.

Masih kata Khoirul, santriwan dan santriwatinya sama sekali tidak dipungut biaya. Untuk membiayai pengeluaran seperti listrik dan membayar dua tenaga pengajar.

"Kalau santri disini kami gratiskan semua karena kami niatnya agar anak-anak menambah ilmu tentang Al Quran, pengawasan tentang tauhid oleh istri saya yang sebelumya lulusan pondok dan kami tidak memungut biaya apapun yang kami bisa mengajar disini dengan layak, nyaman dan anak-anak segera bisa mengaji," tuturnya.

"Kalau untuk sehari-hari saya menyisihkan sedikit dari gaji saya. Ya untuk biaya listrik, untuk paman kami jadi memberikan kelonggaran dikasih tidak apa-apa dan tidak dikasih juga tidak apa-apa tapi kita kan juga kemanusiaan jadi tetap mengasihi paman saya ini karena setiap hari tiap sore mengajar disini. Ya jadi kami sisihkan gaji kami untuk pembayaran yang mengaji disini," sambungnya.

Sementara itu, santri Gilang Septiano dan Farabi Wahyu Alfatih mengaku senang bisa belajar mengaji di TPQ Jannatul Quran. Kedua mengaji sejak jilid satu dan saat ini, Gilang sudah jilid 5 dan Farabi sudah Al Quran.

"Sudah lama. Senang bisa mengaji disini, tidak ditarik biaya dan pak polisi baik," pungkasnya.

Baca juga: Tahanan Baru Digeledah, Lapas Mojokerto Gagalkan Penyelundupan Upal

Editor : Achmad S



Berita Terkait