Gunung Kelud (Istimewa)
Surabaya, mili.id - Tepat pada 13 Februari 2014 atau 11 tahun yang lalu, Gunung Kelud yang berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, ini meletus.
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, gunung ini tercatat telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI).
Baca juga: Perjalanan Septian Bagaskara, Striker asal Kediri hingga Dipanggil Timnas Indonesia
Menurut catatan, gunung ini pernah meletus di tahun 1901, 1919, 1951, 1966, 2007 dan yang terakhir pada 2014. Hampir semua erupsi yang tercatat ini berlangsung singkat, yaitu dua hari atau kurang dan bertipe eksplosif (VEI maksimal 4), kecuali letusan 1990 dan 2007.
Letusan Gunung Kelud 2014
Letusan Kelud 2014 dianggap lebih dahsyat daripada tahun 1990, meskipun hanya berlangsung tidak lebih dari dua hari. Peristiwa ini memakan 4 korban jiwa.
Sebenarnya,Peningkatan aktivitas sudah dideteksi di akhir tahun 2013. Namun, situasi kembali tenang. Baru kemudian diumumkan peningkatan status dari Normal menjadi Waspada sejak tanggal 2 Februari 2014.
Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 WIB diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV).
Sehingga, radius 10 kilometer dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu kurang dari dua jam, pada pukul 22.50 WIB telah terjadi letusan pertama tipe ledakan (eksplosif).
Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 ini menyebabkan hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada.
Baca juga: KA Kertanegara Tertemper Truk di Kediri, Awak Kereta Alami Luka
Bahkan hujan kerikil ini hingga terjadi di kota Pare, Kediri. Wilayah Kecamatan Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava, sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG).
Saking dahsyatnya, suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Surabaya, Solo dan Yogyakarta, yang berjarak 200 kilometer dari pusat letusan, bahkan Purbalingga, Jawa Tengah, yang kirang lebih berjarak 300 kilometer.
Dampak berupa hujan abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini hari dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo. Di Yogyakarta, teramati hampir seluruh wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup pekat, melebihi abu vulkanik dari Merapi pada tahun 2010.
Ketebalan abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan diperkirakan lebih dari 2 centimeter. Dampak abu vulkanik juga mengarah ke arah Barat Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di Jawa Barat.
Sementara di daerah Madiun dan Magetan jarak, pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan.
Baca juga: Sederet Pesan Wagub Jatim Emil untuk Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kediri
Hujan abu dari letusan melumpuhkan Jawa. Tujuh bandara di Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Cilacap dan Bandung, ditutup. Kerugian keuangan dari penutupan bandara yang dinilai mencapai miliaran rupiah, termasuk sekitar 2 miliar rupiah di Bandara Internasional Juanda di Surabaya.
Kondisi gunung setelah letusan satu malam tersebut berangsur tenang, dan pada tanggal 20 Februari 2014 status aktivitas diturunkan dari Awas menjadi Siaga (level III) oleh PVMBG.
Selanjutnya pada tanggal 28 Februari 2014 status kembali turun menjadi Waspada (Level II). Akibat letusan ini, kubah yang menyumbat jalur keluarnya lava hancur dan Kelud memiliki kawah kering. Dimungkinkan terbentuk danau kawah kembali setelah beberapa tahun.
Pada awal Maret 2014, sebagian besar dari 12.304 bangunan hancur atau rusak selama letusan telah diperbaiki, dengan perkiraan biaya sebesar Rp 55 miliar.
Editor : Aris S