Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Mahasiswa Untag Surabaya Ciptakan Alat Deteksi Kualitas Minyak Goreng

Mahasiswa Untag Surabaya Ciptakan Alat Deteksi Kualitas Minyak Goreng © mili.id

Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Untag Surabaya, Adhitiya Dwijaya Ariyanto pencipta alat pendeteksi kualitas minyak goreng sawit berbasis fuzzy (Foto: Fahrizal Tito/mili.id)

Surabaya, mili.id - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menciptakan alat pendeteksi kualitas minyak goreng sawit berbasis fuzzy.

Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Untag Surabaya itu bernama Adhitiya Dwijaya Ariyanto.

Baca juga: Pasangan Kumpul Kebo di Surabaya Nekat Curi Motor

Karya yang dapat mengklasifikasikan minyak goreng berdasarkan warna, kejernihan, dan bau itu menjadi salah satu tugas akhir yang menarik perhatian dalam daftar Calon Wisudawan Untag Surabaya Tahun 2025 ini.

Adhitiya mengungkapkan bahwa ide penelitian ini muncul saat menjalani magang di sebuah perusahaan minyak goreng ketika masih menempuh pendidikan Diploma 3.

"Saya melihat proses pengolahan minyak goreng yang tanpa pewarna memiliki warna kuning cerah. Namun di rumah, banyak ibu-ibu menggunakan minyak goreng berulang kali hingga warnanya berubah coklat pekat. Dari situ, saya mulai bertanya-tanya apakah perubahan warna ini mempengaruhi kualitas minyak," jelas Adhitya, Minggu (16/2/2025).

Dengan bimbingan dosen Lutfi Agung Swarga, dan Ir. HM Balok Hariadi, Adhitiya menggali lebih dalam standar kualitas minyak goreng berdasarkan parameter yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), seperti aroma, kejernihan, dan titik didih.

Adhitiya memilih tiga parameter yang dapat diuji dengan alat sederhana, yaitu warna, kejernihan, dan bau.

"Ketiga parameter ini dapat dideteksi menggunakan sensor. Data dari ketiga sensor kemudian dianalisis menggunakan metode fuzzy logic untuk menentukan apakah minyak goreng masih layak digunakan atau tidak," ungkap dia.

Sedangkan metode fuzzy logic itu dipilihnya karena mampu mengolah berbagai variabel input untuk pengambilan keputusan secara cerdas dan efektif.

Baca juga: Simpan 7 Poket Sabu, Pengedar di Surabaya Divonis 5 Tahun 8 Bulan Penjara

Alat ini juga dirancang menggunakan tiga sensor utama, yaitu sensor warna, sensor kejernihan, dan sensor gas untuk mendeteksi bau.

"Proses pengembangan alat memakan waktu enam bulan, meliputi pembuatan perangkat keras, pemrograman mikrokontroler, dan pengembangan antarmuka grafis (GUI) menggunakan MATLAB," bebernya.

Pengujian dilakukan pada berbagai sampel minyak goreng, mulai dari minyak baru hingga minyak yang telah digunakan beberapa kali. Adhitiya juga menggoreng berbagai bahan makanan, seperti telur, tahu, tempe, ayam, terong, dan ikan, untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas minyak.

"Hasilnya menunjukkan bahwa minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam atau ikan lebih cepat keruh dibandingkan bahan lainnya karena kandungan lemak dan residu dari makanan tersebut," terang Adhitiya.

Meski menghadapi tantangan dalam pengumpulan sampel dan penyempurnaan alat, Adhitiya berhasil menyelesaikan kuliahnya akhirnya dalam waktu 2,5 tahun dengan IPK 3,49. Adhitiya juga harus membagi waktu antara kuliah, penelitian, dan pekerjaannya sebagai mahasiswa kelas sore.

Baca juga: Wali Kota Eri Minta DLH Sosialisasikan Keterbatasan Lahan Makam ke Warga Surabaya

"Awalnya, dosen pembimbing menyarankan agar alat ini dibuat dalam bentuk portable sehingga bisa digunakan untuk mendukung pengawasan BPOM di lapangan, seperti memeriksa minyak goreng yang digunakan pedagang kaki lima. Namun, karena keterbatasan, alat ini sementara hanya bisa digunakan di skala rumah tangga," papar Adhitiya.

Meski demikian, dia berharap alat ini dapat dikembangkan lebih lanjut agar lebih praktis dan bermanfaat untuk masyarakat luas.

Adhitiya yang lahir di Surabaya pada 22 Maret 1995 itu berharap karyanya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, tentang pentingnya menggunakan minyak goreng yang sehat.

"Semoga alat ini bisa membantu masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan, karena sebenarnya minyak goreng idealnya hanya digunakan sekali saja," pungkasnya.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait