Bagus Haryono Kohar
Mili.id - Pandemi Covid 19 yang berlansung sejak akhir 2019 dan baru meledak awal 2020. Memberikan pengaruh besar terhadap banyak hal, salah satunya persoalan ekonomi yang berdampak pada gerak masyarakat.
Menurut pengamat pergerakan kebangsaan Indonesia, Bagus Haryono, dampak Covid-19 setiap negara melakukan tindakan sesuai dengan prosedur masing-masing. Termasuk Indonesia.
Baca juga: Prajurit KRI Oswald Siahaan-354 Asah Kemampuan Tempur
"Sebagai salah satu negeri yang terdampak Covid, Indonesia juga menyaksikan bagaimana warganya meninggal, kehilangan pekerjaan, kebangkrutan usaha, terhambatnya mobilitas, dan ketegangan antar anggota masyakarat karena desas-desus." beber Haryono melalui keterangan tertulisnya kepada Mili.id, Jumat (20/5).
Haryono menjabarkan, Sejak Maret 2022, Indonesia telah melakukan pengendoran aturan, sehingga diharapkan terjadi pertumbuhan dengan optimisme. Sayangnya, di tengah optimisme itu masih terjadi hambatan.
"Yaitu kelangkaan minyak goreng dan kenaikan harga bahan bakar dan kebutuhan pokok di dunai akibat perang Rusia-Ukraina." urai Dosen Filsafat Fakuktas Sastra Unitomo tersebut.
Bagi dia, perang ini memberikan pengaruh terhadap banyak negara, bahwa prioritas negara menjadi utama daripada isu-isu global hingga termasuk perang itu sendiri.
"Banyak Negara melakukan pengamanan dengan melakukan proteksi dalam masalah ekspor bahan pangan utama." jelasnya.
Peristiwa-peristiwa ini, lanjut Haryono, menunjukkan bahwa ikatan senegara, atau kebangsaan adalah suatu hal yang niscaya dan terjadi.
Dalam hal ini, Haryono mencontohkan, Indonesia gagal menjadi seorang Indonesia dengan kesadaran memiliki dan mengisi (nikmat itu) dengan positif menjadi hal yang perlu dilakukan sebagai bagian kebersamaan.
Baca juga: Dek Motor Pegawai Dinas PU CKPP Banyuwangi jadi Sarang Ular Hijau
"Nabi Muhammad sendiri menyatakan tentang bahayanya orang yang melubangi kapalanya, dan tidak merasa bersalah, karena dia hanya berpikir itu untuk dirinya, dan kemudian diikuti oleh orang-orang yang lain, sehingga kapal tenggelam." papar dia.
Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tahun ini, seyogianya diisi dengan komitmen bahwa kita harus menjauhi menjadi kaum yang ikut melubangi bahtera Indonesia ini.
Sebab, kata dia, isu-isu non produktif, seperti menjual isu SARA sebagai komoditas politik yang memecah belah bangsa dan umat. Hanya menjadi kontraprduktif dalam menghadapi negara-negara yang start sejak masa pemulihan pasca pandemic.
"Meski isu SARA “layak” dipakai untuk memenangkan pertarungan politik seperti di Indianya Modi, tetapi luka yang dilakukan Modi sudah tertoreh tajam di kalangan kira-kira 18 persen warga India," ungkapnya.
Dari sudut pandangnya, Modi telah menjadikan diriaya poltisi yang sukses meraup posisi puncak. Tetapi warisan laten kebencian antar anak bangsa yang dipupuknya tidak mudah hilang.
Baca juga: Unesa Siapkan Sarapan Bergizi untuk Mahasiswa yang UAS di Tiap Fakultas
"Negara yang demikian akan semakin tertinggal dalam persaingan global. Kesempatan besar bagi para kompetitor India untuk mengambil manfaat dari keresahan rakyat India, baik secara ekonomi maupun pertahanan." jelasnya.
"Di sini kemudian, terlihat peran besar edukasi dan peringatan hari kebangkitan nasional." tambah Haryono.
Ia menjelaskan, mengenang hari kebangkitan nasional, bagi tiap individu bangsa, akan memberikan pemahaman bahwa Indonesia yang besar ini dibentuk oleh beragam suku, agama, ras, latar pendidikan dan ekonomi, serta aliran politik.
"Dengan kebersatuan bangsa, kesetaraan mayoritas dan minoritas, maka Indonesia akan bisa mengambil manfaat dari negeri-negeri yang gagal mengelola urusan SARA di negerinya, dan negeri-negeri yang sedang berkonflik." demikian Haryono.
Editor : Redaksi