Haryono Kohar
Mili.id - Salah satu nikmat besar bangsa Indonesia adalah adanya idoelogi Pancasila sebagai dasar Negara.
Mengapa disebut demikian? Menurut Pengamat Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Haryono Kohar, Indonesia dengan jumlah berpenduduk 235 juta relatif aman dari pertikaian ideologis dengan dalil sebagai negeri yang paling Islam.
Baca juga: Pemuda Pancasila PAC Pakal Surabaya Berbuka Puasa Bareng Anak Yatim
"Pancasila sendiri, sebagaimana kata Soekarno yang menyampaikan ide-ide lima prinsip itu, bahwa bukanlah sebagai sebuah 'temuan saya', tetapi 'hanya' hasil dari menggali nilai-nilai luhur dari bangsa kita sendiri." beber Haryono, kepada Mili.id.
Haryono menjabarkan, kerendahan hati Soekarno, menunjukkan secara luhur bangsa kita sudah terbiasa memiliki keniscayaan pemahaman akan isi jiwa.
"Yaitu spiritual dan agama yang tinggi, dengan cara yang berbda-beda." tegasnya.
Haryono menguraikan, tradisi menerima keragaman membuat bangsa kita kuat, merayakan hidup berdampingan secara harmonis.
Baca juga: Sederet Langkah Polisi Cegah Konflik GRIB-PP di Surabaya dan Jatim
"Penerimaan Pancasila di dalam rumusan ideologi dasar Negara, yang dilakukan founding fathers menunjukkan mereka manusia visioner." kata Dosen Filsafat Fakultas Sastra Unitomo ini.
Founding fathers lanjut Haryono, mampu memprediksi negeri mana meletakkan agama tertentu, yang akan membuat pertama kali. Kemudian klaim mayoritas dalam bahaya ancaman minoritas, dan jadi isu tidak produktif.
Sehingga tutur Haryono, akhirnya mereka terjebak labirin, bahkan jangankan yang berbeda agama, kepada sesama agama pun, mereka klaim kebenaran tunggal hingga menimbulkan konflik.
Baca juga: Rutan Situbondo Hadirkan Klinik Pancasila untuk Meningkatkan Minat Baca WBP
Misalnya di Afghanistan, Syria, Libya, terorisme di Saudi Arabia, kekerasan antara sesama warga Yahudi di Israel akan membuat polarisasi masyarakat.
"Ringkasnya, menjadi muslim tidak harus mempertentangkan keislaman dengan keindoensiaan, kejawaan, kenusantaraan, dan Pancasila." demikian Haryono
Editor : Redaksi