Muthowif
Mili.id - Jelang Idul Adha, wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Timur (Jatim) tak kunjung teratasi.
Hal ini berdampak permintaan sapi untuk kurban di sejumlah daerah turun hingga 10 persen.
Baca juga: Di Wilayah Situbondo Ini Jumlah Sapi Peliharaan Lebih Banyak dari Warganya
Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim Muthawif mengatakan, 3 bulan menjelang Idul Adha permintaan sapi kurban cukup banyak, yang didatangkan dari Kalimantan, DKI, Jawa Tengah, Jawa Barat dan lampung.
"Namun, sejak ditetapkan wabah PMK di 4 Kabupaten di Jawa Timur, permintaan sapi siap potong terus turun drastis." kata Muthowif kepada Mili.id.
Padahal, sambung mantan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jatim ini, peternak ingin mendapatkan keuntungan pada saat Idul Adha.
Namun, situasi dan kondisi tidak sesuai harapan, karena kondisi wabah PMK tersebut. Ia menjabarkan, tak hanya permintaan sapi siap potong yang turun drastis, permintaan daging di pasar tradisionalpun mengalami hal serupa.
Baca juga: RS Hewan Unair Sebut Vaksin dan Peternak Jadi Kunci atasi Wabah PMK
Dengan turunya permintaan, menurut dia, harga sapi juga terjun bebas. "Sebelum ada PMK, harga seekor sapi paling murah bisa Rp 25 juta tapi sekarang hanya sekitar Rp 20 juta." tutur Muthowif.
Selain itu, untuk menjual hewan ternak di tengah wabah PMK, para peternak harus memeriksakan hewan ternaknya terlebih dahulu ke petugas kesehatan hewan, sehingga mendapat surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
“Prosesnya ribet, harus melalui pemeriksaan petugas kesehatan hewan dulu. Harus ada surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) juga dan itu semua harus bayar,” bebernya.
Baca juga: Lesunya Aktivitas di Pasar Hewan Genteng, Banyuwangi
Towif menyebutkan, selama ini ternak hanya dikasih vitamin, nafsu makan, dan lokalisasi sapi yang suspek. “Ini yang belum saya pahami, kenapa tidak ada treatmen penangan suspek PMK dari dinas terkait ?" tutur dia.
Ia menyatakan, selama Idul Adha kebutuhan sapi kurban mencapai 1.000 ekor di Kota Surabaya.
Saat ini, lanjut Muthowif kebutuhan baru baru mencapai 700 ekor. “Selain dampak PMK, juga adanya pengetatat distribusi sapi. Sehingga permintaanya anjlok,” demikian kata Muthowif
Editor : Redaksi