Mili.id - Surabaya menerima penghargaan sebagai kota/kabupaten pertama penurunan stunting dari Kementrian Dalam Negeri (Kememdagri).
Berdasarkan cacatan Pemkot, pada 2020 angka stunting di Kota Pahlawan mencapai 12.788 kasus. Kemudian mengalami penurunan drastis 2021 menjadi 6.722 kasus.
Bahkan, Pemkot mengklaim hingga Juli 2022, stunting kembali turun jadi 1.219 kasus. Terhadap Hal ini, Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Tjutjuk Supariyono menilai sebagai bentuk keberhasilan.
"Ini kan ada keberhasilan ya, jadi ukurannya 1 sampai 10." ujar Tjutjuk kepada Mili.id
Kendati begitu, politisi PSI ini mewanti-wanti, Pemkot butuh keras lagi untuk benar benar mewujudkan Surabaya sebagai kota zero stunting. Sekaligus harus jelas daripada kategori stunting tersebut.
"Ini perlu dipaparkan juga, jika bapak-ibunya kurus, otomatis anaknya kan genetiknya mesti kurus. Menurut Tjutjuk
Sebab, ungkap dia, masih ada yang komplain terkait kategori stunting. Sehingga ia menekankan kepada Pemkot harus jelas untuk memutuskan kategori stunting.
"Perlu diperjelas juga kategori dan lain-lain itu." demikian imbau Tjutjuk.
Dilansir laman Pemkot Surabaya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersyukur atas penghargaan tersebut. Untuk mencapai zero stunting, ada sejumlah upaya konvergensi percepatan pencegahan yang akan terus dilakukan.
Mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.
"Surabaya memiliki target menjadi zero stunting. Jadi, Insyaallah sampai akhir Desember 2022, kita sudah bergerak bersama dengan perguruan tinggi, dengan semua elemen yang ada di Kota Surabaya," kata Eri
Baca juga: Peserta Mudik Asik Gratis Bareng PSI Disambut PSI di Stasiun Pasar Turi Surabaya
Editor : Redaksi