Foto disediakan Mili.id
Mili.id - Gelaran kualifikasi Piala AFC 2022 di Geloro Bung Tomo (GBT) yang dinilai tidak begitu meriah, menurut Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Tjujtjuk Supariono, karena Kota Pahlawan hanya sebagai penyedia tempat. Sebab, panitia dan manajemennya dikelola PSSI.
"Kemarin, Disbudporapar Ibu Wiwik menyatakan, ini merupakan testing kita untuk pelaksanaan Piala Dunia U-23, jadi PSSI itu mengetes kita. Karena yang mengajukan adalah pemerintah kota, bukan PSSI menunjuk Surabaya." ujar Tjutjuk beberapa waktu lalu, kepada Mili.id
Tjutjuk menuturkan, Disbudporapar pada kualifikasi AFC ini, ingin menunjukkan Stadion GBT layak dijadikan penyelenggara event besar internasional, denngan fasilitas yang siap digunakan.
"Kualifikasi AFC U-20 ini, semua yang mengerjakan EO dari PSSI. Ini informasi dari Ibu Wiwik ya, kemarin waktu kita rapat perubahan anggaran keuangan (PAK)." jelasnya.
Kurang Semarak?
Namun demikian, Sekretaris Komisi C Agoeng Prasodjo menilai, semarak penghelatan kualifikasi AFC U-20 tidak tampak sama sekali. Menurutnya, hal ini dipicu oleh dinas yang tidak bisa mengimbangi laju Walikota Eri Cahyadi, memasarkan AFC di Kota Surabaya.
"(Surabaya) kan sebagai perwakilan Indonesia dikancah dunia, maka harus baik dalam menyongsong agenda tersebut," ujar Agoeng di ruang Komisi C, waktu itu.
Saat Komisi C sidak, tambah Agoeng, pihaknya tidak melihat umbul-umbul yang terpasang, serta ucapan selamat datang bagi timnas yang akan berlaga. Padahal, kata Agoeng kalau bicara stakeholder atau ranahnya jadi satu.
Yakni, pariwisata, pemuda dan olahraga. Lantas politisi Partai Golkar ini menanyakan, dimana peran pariwisatanya? Sedangkan Surabaya jadi tuan rumah.
"Nilai jual Surabaya itu juga enggak ada? Jadi (jangan) memandang AFC hanya jangan sebagai sebatas main bola, jangan!" ketus Agoeng.
Senada dengan Agoeng, Anggota Komisi C Sukadar menambahkan, kualifikasi AFC U-20 merupakan momen sangat bagus, momen internasional.
Surabaya seyogianya, bisa menunjukkan kepeduliannya dengan olahraga, utamanya sepakbola dengan menyambut secara semarak atau semeriah mungkin.
Misalnya memasang umbul-umbul atau ucapan selamat datang bagi peserta kualifikasi AFC U-20.
"Kami tidak melihat di sudut kota, tempat penginapan dari peserta AFC
maupun di bandara, sepanjang bandara sampai tempat penginapan."beber Sukadar
"Kami tidak menemukan ucapan selamat datang sama sekali, Selamat datang kepada peserta AFC U-20," sergah Sukadar.
Bau Sampah.
Walau penyelenggaraan kualifikasi AFC U-20 dinilai kurang semarak. Namun sorotan Tjutjuk justeru sengatan bau sampah di sekitar GBT. Karenanya, Ketua F-PSI ini menyentil kesiapan dinas lain, selain Disbudporapar juga Pemkot terkait bau sampah tersebut.
Tidak hanya bau sampah, ia menyoroti pula fasilitas, jalan masuk ke GBT yang menurutnya perlu lebih baik, apalagi ditemukan ulat di sekitar wilayah itu.
Maka, Tjutjuk berharap, ketika Piala Dunia U-23 dimulai, kota pahlawan menjadi jadi jujukan wisatawan mancanegara. Dengan melihat GBT yang bagus dan tanpa sengatan bau sampah.
"Itu kan main course-nya di situ, dan sisi kanan kiri jalan masuk masih belum memenuhi syarat, fasilitas di dalam gedung juga. Itu yang justru yang utama. Apalagi bau sampah, yang jauh hari jadi atensi khusus dari PSSI." urai Tjutjuk.
Sukadar juga menyayangkan kesiapan penyelenggaraan kualifikasi Piala AFC U-20. Menururnya, tidak hanya di dalam tapi juga diluar stadion Gelora Bung Tomo (GBT) perlu disiapkan secara matang.
"Stadion oke, fasilitas yang ada di dalam stadion oke, tetapi di luar stadion itu enggak kalah penting." tegas Sukadar.
Dalam sidak Komisi C ke GBT, ungkap Sukadar, saat rombongan tiba di lokasi, masih ada bau sampah ketika turun dari mobil.
Namun begitu, bagi dia yang paling utama, bagaimana kesiapan pemkot menjual Kota Surabaya kepada internasional."H-1 ini, Kayakya posisi menjual Surabaya ke luar negeri ini, image itu enggak ada." keluh politisi PDI-P waktu itu.
Sein dan UMKM
Agoeng memandang, gelaran kualifikasi AFC bisa menghasilkan prekonomian, misalnya diikut sertakan UMKM, menyediakan lahan di sekitar stadion. Dengan menghadirkan, menyodorkan berbagai hal, dari segi ekonomi, transportasi dan semarak penyambutannya.
"Harusnya, biar kelihatan semarak umbul-umbul dipasang, selamat datang kontingen, mulai dari sudut kota menuju GBT. Itu menunjukkan, Surabaya memang cukup siap sebagai tuan rumah." beber Agoeng
Dari sudut pandang Sukadar, mestinya dinas terkait membikin semacam pasar, memasarkan ciri khas Surabaya. Sehingga menimbulkan kesan bagus, dan image Kota Pahlawan ini bisa dijual ke luar negeri.
"Maka, secara tidak langsung nanti negara yang akan bertanding di sini dengan kru nya. Mereka akan kembali ke kota Surabaya dan lepas dari pertandingan bola mereka akan datang lagi ke sini." Sukadar meyakini.
Minimal, tambah Sukadar ada pemasukan pajak dari tamu-tamu asing. Namun sesalnya, ini belum dipikirkan pemerintah kota.
"Padahal ini pertandingan internasional, bagaimana menjual, memamerkan Kota Surabaya, kita pasarkan ke publik internasional." terang Sukadar.
Begitu juga dengan Tjutjuk, Saat menonton Indonesia vs Timor Leste, ia mengaku kesulitan menemukan pedagang berjualan di bangku tribun VIP, kemudian permasalahan tersebut, ia keluhan kepada Disbudporapar.
"Saya sudah sampaikan ke Ibu Wiwik, karena saya sendiri nonton cari minum enggak dapat." kata Tjutjuk.
Disbudporapar urai Tjutjuk, menjelaskan, dibeberapa gate stadion telah disiapkan sentra UMKM dari Pakal yang ditata sedemikian rupa. Karena mengikuti regulasi PSSI
Namun begitu, ia tetap memberi masukan dinas terkait memberi tanda atau sein, agar tidak membingungkan penonton, utamanya supoter asing yang datang mendukung negaranya.
"Jadi harus ada penanda, ini belok kanan, belok kiri, ke parkir VIP, parkir ekonomi. Misalnya saya masuk di gate 15 arahnya ke mana? Ini yang lebih lebih urgent ya." ungkapnya.
Pembangunan Sisi Timur
Selain itu, Tjutjuk menekankan, Disbudporapar memperhatikan pembangunan di sisi timur GBT, sehingga lebih membantu suporter ketika mencari makanan dan minuman.
"Ketika ada tanda sudah enggak tanya kanan-kiri." ketus Tjutjuk.
Sehingga malam ini, Tjutjuk ingin memastikan apakah hal itu sudah ditindaklanjuti atau tidak? Sebab, sesuai rencana nya, ia akan menonton Indonesia vs Vietnam.
"Saya akan mengecek lagi kalau memang sein nya sudah ada, ya alhamdulillah," ungkapnya.
Pada kesempatan yang lain, Agoeng mengakui, akses ke GBT dari jalur tol yang belakang cukup bagus.
Namun sesalnya, begitu masuk ke lokasi Stadion biasa saja.
"Biasa saja." ketus Agoeng.
Antusiasme Penonton
Di sisi lain, Cahyo Siswo Utomo, Anggota Komisi D menilai, meriah atau semaraknya kualifikasi Piala AFC U-20 bisa dilihat dari antusiasme penonton. Misalnya Indonesia vs Vietnam,
"Kalau ukuran penyambutan penontonnya, pasti Indonesia lawan Vietnam. itu Insya Allah penyambutannya, kalau disebut ukurannya adalah jumlah penonton. Maka itu lebih meriah." urai Ketau Fraksi PKS ini.
Maka Cahyo menekankan, agar semua pihak berasumsi baik, dengan mendukung penyelenggara melalui masukan-masukan yang membangun.
"Sekiranya ada kekurangan sana-sini, ini juga bagian dari evaluasi." papar Cahyo.
Sebab, kualifikasi Piala AFC merupakan sebuah kehormatan bagi Surabaya dengan Stadion Gelora Bung Tomo nya, yang jadi tuan rumah penyelenggaraan event internasional.
"Jadi itu sebuah kebanggaan dan kehormatan bagi kita warga Surabaya." katanya.
Kendati begitu, ia sepakat memang harus ada evaluasi. Sebab penyelenggaraan kualifikasi Piala AFC U-20 ini, merupakan event perdana internasional setelah vakum pasca serangan pandemi Covid-19.
Dan Cahyo pun berharap penyelenggaraan semacam ini, bisa berlanjut pada masa mendatang.
"Kita juga sambil melihat untuk dievaluasi. Masukkan membangun tetap dibutuhkan. Sehingga nanti pada penyelenggaraan event berikutnya bisa lebih baik." demikian tegas Cahyo. (© Mili.id)
Baca juga: Jelang Laga Persebaya Menjamu Borneo FC di GBT, Polisi Siapkan Skema Pengamanan
Editor : Redaksi