Mili.id - Kehadiran Calon Presiden Ganjar Pranowo disambut antusias warga Surabaya, baik di Posko Gotong Royong, Pandegiling, Balai Pumuda dan tempat kelahiran Bung Karno, Paneleh. Pada Sabtu
Dari sudut pandang pengamat sosial, Bambang Budiono MS. Saat di Surabaya Ganjar lebih banyak mengisi dialog bersama warga. Sehingga berhasil merebut hati mereka
Dikatakan, dalam ilmu sosial, gaya membangun komunikasi dialogis merupakan bagian 'tindakan komunikasi intersubyektif'. "Tindakan komunikasi intersubyektif itu, bebas hambatan dominasi." katanya.
Ia menjabarkan, Tindakan komunikasi intersubyektif ini, sering dibangun Gubernur Jateng tersebut, dengan pola komunikasi itu, yang manan dua orang berkomunikasi berada dalam posisi setara, sama-sama akan menjadi subyek.
Misalnya, saat Ganjar berdialog dengan ribuan UMKM di Balai Pemuda. Ia justru bertanya siapa jago masak soto, lalu apa hambatannya saat menjalankan usahanya. Di sini, paparnya, warga menjadi subyek yang berbicara.
"Ganjar justru lebih banyak mendengarkan,” jelas Bambang.
Sementara Ketua Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jatim, Deni Wicaksono menilai, antusias warga menyambut kehadiran Ganjar, merupakan gambaran solidaritas kolektif, secara organik dari akar rumput.
Deni menerangkan, solidaritas kolektif isecara teoritis dibagi atas dua macam, yaitu solidaritas mekanik, dan solidaritas organik. Apalagi karakteristik Ganjar tidak jauh berbeda dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Sosok pemimpin yang humble dan dekat dengan rakyat," ujar Deni Wicaksono,l.
Dia menegaskan, antusiasme warga dalam menyambut kehadiran Ganjar sangat tulus. Mulai lari pagi, hingga ke ruang publik, seperti perjalanan ke Balai Pemuda, lalu ke rumah kelahiran Bung Karno. Semuanya penuh antusiasme.
"Ekspresi warga tulus dan apa adanya dalam menyayangi Mas Ganjar,” kata Deni. (*)
Baca juga: Peringatan Keras Bawaslu pada ASN Se-Indonesia dalam Pilkada Tahun 2024
Editor : Redaksi