Surabaya - Program padat karya Pemkot Surabaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat diminta mempertimbangkan potensi yang ada, sehingga tidak hanya sekedar menjadi 'proyek mercusuar'.
Hal itu disampaikan Pimpinan DPRD Surabaya, AH Thony menyikapi 19.643 jiwa keluarga miskin (gamis) yang menolak lowongan kerja dalam program padat karya.
Baca juga: Hendak Cari Makan, Motor Pemuda Surabaya Dirampas Komplotan Perampok Jalanan
Menurut Thony, dari jumlah gamis tersebut, pemkot seharusnya bisa memetakan bidang apa saja yang diminati warga.
"Baru padat karya itu disiapkan menjawab kebutuhan tersebut," ujar Thony, Sabtu (17/6/2023).
Meski begitu, Legislator Partai Gerindra ini optimis program padat karya bakal menjadi motivasi bagi masyarakat di Kota Pahlawan. Bahkan tidak menutup kemungkinan jadi percontohan daerah lain.
Sebenarnya, lanjut Thony, dengan data kemiskinan itu, pemkot tinggal mendetailkan apa saja potensi yang dimiliki dalam satu keluarga tersebut.
Baca juga: 7 Oktober 43 Tahun Lalu, Bung Tomo Meninggal Dunia
"Misalnya, yang produktif bisa mengembangkan suatu usaha. Kemudian ada yang tidak punya skill, tapi mereka punya keinginan untuk maju (sukses). Ini juga harus terukur," paparnya.
Setelah dilakukan pendataan lebih spesifik, pemkot melakukan pendampingan apakah minat usaha itu penempatannya sudah strategis atau belum sesuai kebutuhan masyarakat.
"Pemkot harus mengevaluasinya," pungkas Thony.
Baca juga: Bubarkan Balap Liar, Polisi Surabaya Amankan Puluhan Motor
Reporter: Roy Ibrachim
Editor : Narendra Bakrie