Surabaya - Enam orang yang mengaku sebagai polisi merampas handphone (HP) milik dua pemuda di Surabaya. Komplotan ini memakai pistol dan senjata tajam (sajam).
Peristiwa terjadi pada Senin (7/8/2023) dini hari. Korban diketahui bernama SA (22), warga Jalan Indrapura Jaya Tengah dan IS (17), warga Jalan Kebalen Kulon, Surabaya.
Baca juga: Lima Pelaku Vandalisme di Surabaya Diciduk Satpol PP, Ini Sanksinya
Saat dikonfirmasi, SA menceritakan bahwa saat itu dirinya dan IS yang merupakan saudaranya pergi keluar untuk cari makan. Mereka makan di warung ayam geprek daerah Jalan Sidotopo, Surabaya.
Saat makan, tiba-tiba datang 6 orang pria dengan membawa tiga motor langsung menghampiri keduanya.
Enam orang itu kemudian menodongkan pistol dan sajam ke korban. Sontak korban gemetar, dan mencoba bertanya apa salah mereka.
Para pelaku menjawab bahwa kedua korban merupakan pelaku kriminal. Karena takut, kedua korban hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan 6 orang itu.
"Mereka pakai masker, helm dan jaket hitam. Bawa tiga motor tanpa pelat nomor. Saya ya kaget pol (banget). Enak-enak makan tiba-tiba datang gerombolan, nodong pistol sama sajam dan bilangnya polisi. Saya dituduh pelaku kriminal. Saya dipaksa ikut, katanya diajak ke kantor polisi," terang SA kepala mili.id, Minggu (13/8/2023).
Menurut SA, saat kejadian ada beberapa warga yang melihat, tapi tidak berani menolong. SA menduga, warga saat itu percaya bahwa para pelaku memang polisi. Itu dibuktikan dengan satu pelaku yang sempat menunjukkan sebuah id card dan membawa pistol.
Baca juga: Perempuan Surabaya Jatuh dari Motor usai Tasnya Dijambret
"Gak ada yang bantu soalnya kan mereka bilangnya polisi. Mungkin ya warga gak mau ikut campur. Mereka bawa keplek (kartu pengenal) ada pistolnya juga. Tapi pistol korek api kayaknya, dan salah satunya ada yang bawa sajam, kayak pisau," jelasnya.
Saat dibawa para pelaku, kedua korban hanya bisa pasrah. Kedua korban kemudian dibonceng para pelaku menaiki motor. Namun, saat itu bukan kantor polisi yang dituju seperti perkataan pelaku diawal, tapi korban dibawa ke tempat sepi daerah Jalan Ir Soekarno (Merr).
"Seinget saya dekat Kampus C Unair. Di situ saya sempat dipukuli, HP saya diambil. Terus saya mau diajak ke tempat sepi lagi. Saya dibonceng mereka pakai motor saya. Tapi waktu itu langsung saya cabut kontak motor dan terjatuh. Akhirnya saya lari minta tolong pengendara mobil yang melintas, terus pelaku kabur," papar SA.
Kedua korban yang masih ketakutan, kemudian ditolong sejumlah pengendara yang melintas. Dan karena curiga jika komplotan tersebut polisi gadungan, akhirnya korban dan warga berusaha mengejar sambil berteriak 'begal'.
Baca juga: Unusa Digandeng Kemenkes jadi Pelopor Pertolongan Pertama Luka Psikologis
"Saya yakin mereka polisi gadungan. Karena waktu minta tolong ke pengendara mobil, mereka kok takut. Katanya kan polisi. Kemudian saya kejar itu sampai ke daerah Pacar Keling sambil teriak begal. Tapi mereka lolos. Banter (kenceng) soalnya," sesal kedua korban.
Karena tidak berhasil mengejar para pelaku, keduanya lantas ke Polsek Semampir untuk membuat laporan. Namun oleh polisi, disarankan membuat laporan ke Polsek Kenjeran sesuai wilayah hukum atas tempat kejadian perkara.
"Selesai kejadian itu sempat lapor di Polsek Semampir. Tanggapannya saya disuruh lapor ke Polsek Kenjeran. Malam itu, saya gak melanjutkan karena masih gemeter, dan sampai sekarang belum laporan. Insya Allah secepatnya," tandasnya.
Editor : Redaksi