Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

72 Siswa SMA/SMK di Jatim Tersertifikasi Bidang Keahlian Bertaraf Nasional

72 Siswa SMA/SMK di Jatim Tersertifikasi Bidang Keahlian Bertaraf Nasional © mili.id

Ditjen Vokasi Kemdikbudristek Wartanto didampingi Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aris Agung Paewai pada kegiatan KKNI foto bersama siswa penerima sertifikat kompetensi.

Surabaya - Sebanyak 72 siswa SMA dan SMK di Jawa Timur menerima sertifikat kompetensi dari Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) bertaraf nasional serta siap bersaing di Industri, Dunia Usaha Dunia Kerja (IDUKA).

LSK tersebut diserahkan langsung oleh Ditjen Vokasi Kemdikbudristek Wartanto didampingi Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aris Agung Paewai pada kegiatan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) tahun 2023 dikantor (Dindik) Jatim. Kamis (17/8/2023).

Baca juga: SMA Taruna Creative Camp Digelar di Jatim, Diikuti 1.224 Murid se Indonesia

Diketahui, 72 siswa yang menerima sertifikat kompetensi ini dinyatakan lulus 100 persen oleh LSK sesuai standart KKNI setelah mengikuti beberapa tahapan kelas pelatihan, mulai kelas reguler hingga kelas akselerasi. Mereka lulus dibidang keahlian Motion Animasi, Desain Grafis, Tata Busana, Teknik Pendingin dan Tata Udara dan Tata Kecantikan.

Ditjen Vokasi Kemdikbudristek, Wartanto mengungkapkan para lulusan SMK, SMA dan MA selain memiliki ijazah juga harus punya sertifikasi kompetensi sesuai kemampuan yang dimiliki siswa. Jika berdasarkan data lulusan SMK rata-rata bekerja dan sebagian melanjutkan ke perguruan tinggi. Sisanya, banyak juga yang masih belum mendapatkan pekerjaan.

"Karena itu sertifikasi kompetensi anak SMK ini sangat penting untuk masuk IDUKA," ujar Wartanto usai penyerahan sertifikasi di kantor Dinas Pendidikan Jawa Timur, Kamis (17/8/2023) sore.

Selain untuk bekerja, sejak setahun terakhir kata Wartanto sertifikat kompetensi juga bisa digunakan untuk masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui program Rekognisi Pendidikan Lampau (RPL). Program ini diterapkan di 26 PTN dan PTS di Indonesia. Dengan kata lain, sertifikat kompetensi yang dimikiki siswa setara dengan sks (satuan kredit semester).

"Jadi (sertifikat) ini sangat strategis. Anak-anak SMK kedepan (siap bersaing) sesuai kompetensi yang dibutuhkan industri. Jika ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi maka LSK tersebut dapat diakumulasikan dengan 20 SKS,"katanya.

Baca juga: Wagub Jatim Emil dan Dubes Singapura Bahas Kerjasama Bidang Teknologi

Menurutnya, sertifikasi itu juga sebagai upaya untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi tantangan kedepan yang semakin berat yang kesemuanya beralih pada digitalisasi dan otomasi.

Dicontohkannya hal itu terlihat pada perang Rusia dan Ukraina, mereka menggunakan pesawat tanpa awak yang dilengkapi dengan otak buatan atau AI. Kemudian, di Jepang dan Belanda sudah ada robot yang sangat menyerupai manusia.

"Indonesia, kalau anak-anak kita tidak disiapkan ke arah ini akan kalah. Jadi sertifikasi siswa ini sangat diperlukan untuk menyiapkan persaingan di IDUKA (Dunia Industri dan Dunia Kerja)," tegasnya.

Baca juga: Dindik Jatim Tunjuk 29 SMAN Pilot Projek Dukung Ketahanan Pangan Sekolah

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Aries Agung Paewai menuturkan sertifikasi kompetensi siswa ini diinisiasi oleh Dindik Jatim bersama Kemdikbudristek agar para lulusan SMA/SMK, MA siap menghadapi tantangan yang semakin berat.

"Kita mewadahi (pelatihan kompetensi) di tingkat SMA/SMK. Tentu tidak bisa semua ikut, karena terbatas kuota. Diharapkan dengan inisiasi dan berbagai kompetensi dan pengembangan yang disiapkan oleh TUK (tempat uji kompetensi) di 9 bidang keahlian diharapkan bisa menyiapkan siswa dibidang dunia kerja maupun wirausaha," terangnya.

Aries juga menyebut, sertifikat yang diterima siswa sudah berstandart nasional dan international. Artinya, di mana pun perusahaannya dengan berbekal sertifikat yang diterima dari LSK maka bisa memberi peluang besar untuk mereka langsung terjun ke dunia kerja.

"Kita punya lulusan 4 juta. Loker (lowongan kerja) hanya 1 juta sekian. Maka butuh kompetensi mandiri. Sehingga sertifikat kompetensi yang terafiliasi ini dapat memberi kesempatan kepada siswa agar tidak perlu cemas soal pekerjaan lagi. Terus kembangkan kompetensi melalui sertifikasi," pungkasnya.

Editor : Aris S



Berita Terkait