Mahasiswa UM Surabaya dan Singapore Polytechnic KKN LEX di Pesisir Lamongan

Mahasiswa UM Surabaya dan Singapore Polytechnic KKN LEX di Pesisir Lamongan © mili.id

Foto: Humas UM Surabaya for Mili.id

Surabaya - Sebanyak 30 mahasiswa Singapore Polytehnic dan Dosen Pembimbing bekerjasama dengan mahasiswa UM Surabaya dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Learning Expres (Lex) di pesisir Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Diketahui, Learning Express (LeX) adalah program luar negeri selama 12 hari yang membekali mahasiswa dengan pola pikir design thinking dalam konteks inovasi sosial.

Baca juga: Cacar Monyet Lebih Rentan Menular pada Anak? Ini Penjelasan Dosen UM Surabaya

Dalam program ini, mahasiswa dapat menikmati pengalaman di luar buku teks seperti belajar bahasa baru dan mengikuti homestay komunitas.

Mahasiswa dapat berinteraksi dan membangun persahabatan dengan pemuda dari Asia dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang dihadapi komunitas luar negeri.

Dalam pembukaan yang berlangsung di gedung A tersebut, mahasiswa dan dosen Singapore Polytehnic disambut meriah, mulai penyambutan dari menu makanan tradisional, memperkenalkan baju adat daerah hingga beberapa tarian yang ada di Indonesia.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UM UM Surabaya, Dede Nasrullah menyebut, bahwa agenda KKN Learning Expres merupakan kegiatan pertama kali yang dilakukan UM Surabaya dengan Singapore Polytehnic dibawah naungan biro LPPM secara langsung. Dede menyebut ada tiga fokus permasalahan utama dalam kegiatan KKN ini.

“ Ada tiga permasalahan yang kita fokuskan, pertama terkait keselamatan kerja petani siwalan dan pengrajin batik, kedua produk ramah lingkungan dan peningkatan produktivitas petani,” ujar Dede.

Baca juga: Susi Anak Petani Jagung Asal Lombok Lulus Kuliah Kedokteran di UM Surabaya

Dede menyebut kondisi petani siwalan di pesisir Paciran perlu mendapatkan perhatian yang serius karena hal ini berkaitan erat dengan keselamatan kerja, ditambah lagi mayoritas petani siwalan adalah mereka-mereka dengan usia yang sudah lanjut namun harus tetap memanen.

“Persoalan lain adalah produk ramah lingkungan dan peningkatan produktivitas petani. Jadi mahasiswa yang terjun nantinya juga akan bekerjasama dan memecahkan suatu masalah terkait bagaimana memanfaatkan sesuatu yang tidak memiliki nilai menjadi barang yang memiliki nilai jual salah satunya kulit siwalan yang selama ini tidak dimanfaatkan,”imbuh Dede lagi.

Dede juga menyebut bahwa selain berfokus pada petani siwalan, mahasiswa juga akan berfokus pada peningkatan produktivitas Batik Sendangagung Paciran. Ia berharap dalam waktu yang singkat selama 12 hari 30 mahasiswa Singapore dan 31 mahasiswa UM Surabaya akan menghasilkan prototype alat bantu yang dibutuhkan masyarakat, khususnya petani siwalan dan pengrajin batik.

Baca juga: Menengok Kecanggihan Tongkat Pintar Disabilitas Netra di Expo KKN 2024 UM Surabaya

Terakhir Dede berharap bahwa kegiatan kolaborasi ini tidak hanya berlangsung tahun ini, namun juga berkelanjutan pada tahun-tahun selanjutnya. Menurutnya Lex bukan hanya mengenai ide, melainkan juga harus bisa dikembangkan menjadi alat yang bermanfaat bagi sesama.

Sementara itu Cryne Jossa salah satu fasilitator atau Dosen Pendamping Singapore Polytehnic merasa haru atas sambutan yang luar biasa oleh tim UM Surabaya.

Ia menyebut semua kebudayaan Indonesia otentik dan unik. Ia merasa terhibur bahkan 30 mahasiswa asal Singapore merasa takjub atas penampilan yang ditampilkan mahasiswa UM Surabaya.

  • "Kamj ia berharap agar kegiatan KKN Lex ini menghasilkan produk yang sustainable, artinya barang ramah lingkungan dalam proses produksi maupun konsep bisnisnya dengan tidak mengabaikan isu-isu lingkungan," pungkasnya.

Editor : Redaksi



Berita Terkait