Selamat datang di mili.id - Platform Berita Terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai dari berita nasional hingga internasional, hanya di mili.id.

Anies dan Ganjar Pilih Pendamping dari Kalangan NU, Bagaimana Prabowo?

Anies dan Ganjar Pilih Pendamping dari Kalangan NU, Bagaimana Prabowo? © mili.id

Prabowo Subianto (Foto: Twitter)

Surabaya - Dua bakal calon presiden Indonesia, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sama-sama memiliki pendamping dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Lantas bagaimana dengan Prabowo?

Diketahui, Anies resmi berpasangan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Sedangkan PDI Perjuangan, juga telah menunjuk Mahfud MD sebagai cawapres Ganjar.

Baca juga: Menanti Pertemuan Megawati dan Prabowo, Apakah yang Akan Dibahas?

Menurut Pengamat Politik Surokim Abdussalam, pertimbangan jumlah itu yang membuat hampir semua partai koalisi atau calon presiden (capres) ingin menggandeng cawapres berlatarbelakang nahdliyin.

"Saya pikir karena pertimbangan jumlah (kuantitas) itu yang membuat hampir semua partai koalisi/capres ngebet ingin mengandeng cawapres yang punya irisan dan atau berlatar belakang nahdliyin. Sebab dari segi jumlah memang menjanjikan untuk elektoral," jelas Surokim.

Dosen di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini menambahkan, langkah itu bisa dianggap sebagai jalan tol untuk meraih elektoral.

"Nah, memperhatikan konstelasi saat ini, di mana Cak Imin dan Pak Mahfud maju sebagai cawapres yang punya relasi dan irisan langsung dengan pemilih nahdliyin, maka perebutan suara nahdliyin itu kian sengit dan kompleks. Apalagi pemilih nahdliyin kian beragam. Memang langkah itu bisa dianggap jalan tol untuk meraih elektoral," papar dia.

Peneliti Senior Surabaya Survey Center, Surokim AbdussalamPeneliti Senior Surabaya Survey Center, Surokim Abdussalam

Baca juga: 20 Januari 66 Tahun Lalu Rocky Gerung Lahir, Begini Kehidupan dan Kariernya

"Namun jika melihat dinamika saat ini, di mana perkembangan pemilih rasional dan milenial naik signifikan, saya pikir faktor memilih itu pertimbangannya kian kompleks. Calon-calon yang sedang ikut kontes kian dituntut bisa melengkapi diri agar bisa memperluas ceruk suara, tak hanya sekadar nahdliyin, tetapi juga variabel pemikat yang lain," tambah Peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC) itu.

Dia menyebut, bila ketiga capres memiliki pasangan cari kalangan NU, maka perebutan suara akan semakin sengit.

"Jika ketiga-tiganya mengambil kalangan NU, tentu perebutan suara akan kian sengit. Dan itu akan membuat persaingan merebut suara NU menjadi seru dan superkompetitif," ungkapnya.

Baca juga: Momen Pertemuan Presiden Prabowo dengan Khofifah di Istana, Ini yang Dibahas

"Namun jika kita menyimak dan melihat pengalaman Pak SBY sukses dua kali maju presiden, memang tidak ada jaminan bahwa cawapres harus mengambil dari NU., karena pertimbangan variabel omni tadi. Apalagi pemilih swing dan undecided kita memang relatif dinamis dan terus meningkat jumlahnya," ujar Surokim.

Surokim menegaskan bahwa posisi cawapres dalam pemilihan presiden hanya sebagai penguat saja.

"Patut diingat bahwa cawapres posisinya hanya sebagai penguat saja. Pertimbangan utama memilih tetap ada di calon presiden. Jadi penguat itu bisa kompleks, tak hanya harus dari nahdliyin, tapi itu memang jalan tol," pungkasnya.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait