Wali Kota Eri Cahyadi Bersama Pelindo Kenalkan Batik Motif Surabaya Maritim

Wali Kota Eri Cahyadi Bersama Pelindo Kenalkan Batik Motif Surabaya Maritim © mili.id

Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dan Direktur Investasi BUMN PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, Boy Robyanto, memromosikan batik tulis dengan motif Surabaya maritim.(Pelindo for mili.id)

Surabaya–Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dan Direktur Investasi BUMN PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, Boy Robyanto, mempromosikan batik tulis dengan motif Surabaya maritim, pada agenda Bike To Work: Pemkot Surabaya X Pelindo, yang finish di Balai Kota Surabaya, Jumat (20/10).

Batik tulis tersebut karya Mastuka (50), perajin Kriya Punden Batik dari eks-lokalisasi Kampung Dolly, Surabaya.

Baca juga: Rektor Untag Surabaya Prof Nugroho Raih Academic Leader 2024

Mastuka merupakan perajin batik binaan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) anak usaha Pelindo, Pelindo Marines, yang mengoperasikan layanan penundaan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dan 45 pelabuhan lain di penjuru Indonesia.

Eri Cahyadi mengapresiasi dukungan Pelindo Marines yang membantu perajin batik di Surabaya untuk mengembangkan inovasi motif yang khas pesisir Surabaya.

“Rasa persaudaraan, pertemanan, dan persahabatan terus terjalin antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Pelindo. Terima kasih Pelindo selalu hadir bersama Pemkot untuk membantu wong cilik (rakyat kecil). Ini bukti wujud Pemerintah dan BUMN yang hadir untuk kepentingan rakyat dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,” jelasnya.

Ia bersama Mastuka kemudian menjelaskan makna setiap elemen visual yang ada pada motif batik Surabaya maritim.

“Keunikan dari motif batik Surabaya maritim ini ada pada motif daun semanggi (Marsilea crenata) yang ternyata mirip dengan baling-baling kapal tundanya Pelindo Marines. Selain itu juga ada ombak, Tugu Pahlawan, dan (hewan) suro dan boyo, yang menggambarkan semangat perjuangan maritim warga Surabaya,” kata Eri Cahyadi.

Mastuka, menambahkan, pada batik motif Surabaya maritim tersebut juga ada elemen motif yang biasa ada pada batik pesisiran atau batik dari daerah pesisir pantai, yakni beras mawur atau beras kutah.

“Pada bagian bawah ada gambar beras tumbah sebagai penanda doa kemakmuran. Beras sebagai makanan pokok sangat tercukupi (hingga tumpah-tumpah). Semoga (sektor) maritim juga membawa rezeki untuk warga Surabaya,” ungkapnya, disambut tepuk tangan para peserta Bike To Work.

Baca juga: Kini Kapolrestabes Surabaya Dijabat Kombes Luthfie Sulistiawan

Boy Robyanto membenarkan, bahwa Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya yang dikelola Pelindo merupakan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Pelabuhan tersebut menjadi hub dengan rute pelayaran domestik terbanyak ke penjuru Nusantara.

“Pelindo memastikan bahwa 2 tahun pasca-merger Pelindo, kualitas pelayanan logistik kepelabuhanan dan marine, serta tanggung jawab Pelindo Group pada masyarakat dan lingkungan tetap sama baiknya. Pelindo sangat berkomitmen mendukung keberlanjutan. Termasuk pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) seperti yang diarahkan Kementerian BUMN,” tegasnya.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dan Direktur Investasi BUMN PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, Boy Robyanto bersepeda menuju balai kota.(Pelindo for mili.id)Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dan Direktur Investasi BUMN PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, Boy Robyanto bersepeda menuju balai kota.(Pelindo for mili.id)

Pelopori Bike To Work

Baca juga: Mahasiswa Universitas Petra Surabaya Tewas, Disebut Ada Dua Orang Coba Bunuh Diri

Pada kesempatan yang sama, Eri Cahyadi menyebutkan bahwa kegiatan Bike To Work: Pemkot Surabaya X Pelindo menjadi momen untuk menggalakkan kembali budaya sehat bagi warga Surabaya, dengan berolahraga sepeda ke kantor atau tempat kerja.

“Baru sekali dilaksanakan lagi saja sudah mulai banyak usulan, misalnya titik kumpul yang bergantian di berbagai kecamatan. Terima kasih komunitas Port Sally Club dari Pelindo sudah mendukung dan mengajak kami. Semoga para pegawai Pemkot dan juga perusahaan-perusahaan di Surabaya bisa mengikuti, untuk tubuh dan udara Kota Surabaya yang lebih sehat,” ujarnya.

Boy Robyanto juga mengingatkan, bahwa angka kematian pekerja pada usia produktif cukup tinggi di lingkungan perkantoran di kota-kota besar di Indonesia.

“Banyak di antaranya meninggal dunia pada usia produktif bukan karena kecelakaan kerja, namun akibat penyakit degeneratif yang disebabkan oleh gaya hidup kurang sehat yang menahun. Mari meningkatkan standar kesehatan harus dimulai dari diri sendiri dan kemudian mengajak orang di sekitar kita. Demi kebaikan bersama,” pesannya.

Editor : Aris S



Berita Terkait