Banyuwangi - Kelimpungan akibat panas ekstrem turut dirasakan petani cabai keriting di Banyuwangi. Tumbuh kembang tanaman terhambat bahkan cenderung kerdil terkena sengatan matahari berlebih.
Hal tersebut disampaikan Istiqomah (42), petani asal Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon. Menurutnya, batang cabai yang kini sudah memasuki usia panen kondisinya tak setinggi ukuran normal.
Baca juga: Ular Sanca 3 Meter hendak Mangsa Ayam Bikin Panik Warga di Banyuwangi
"Gak seperti biasa (ukuran) cabainya. Padahal kalau normal tingginya hampir sejajar," katanya kepada mili.id, Selasa (31/10/2023).
Tak dipungkiri jika terhambatnya pertumbuhan cabai ini karena sengatan panas berlebih. Asupan air ke daun ataupun batang tanaman relatif berkurang. Kendati pasokan air di sawahnya masih terbilang mencukupi.
Akibat tinggi barang cabai yang dikatakan abnormal, kondisi itu mengharuskan Istiqomah bekerja ekstra. Salah satunya membuat lilitan tali pada batang pohon cabai.
Tujuannya, agar tanaman tak layu ataupun bengkok saat menyangga beban buah cabai. Menurut Istiqomah, lilitaan dari tali plastik mirip benang itu jumlahnya bahkan dua kali lipat dari jumlah biasanya.
"Pasang gawer (tali lilitan cabai) lebih banyak dari biasanya. Pagi melilit, nanti siang ya melilit lagi. Kalau gak gitu tanaman gak kuat nyangga buah cabai," terangnya.
Kendati begitu, dari sisi perawatan Istiqomah mengaku tak sebegitu boros melakukan semprot obat. Jika hujan deras berimbas cacar, maka saat panas seperti ini hanya untuk hama tanaman saja.
"Enaknya gak banyak nyemprot. Pasti ada sisi positif dan negatifnya antara panas dan hujan bagi tanaman cabai," ungkapnya.
Baca juga: Cuaca 31 Oktober 2024, Hujan Diprakirakan Basahi Sejumlah Wilayah di Jatim
Senada, imbas kurang tingginya tanaman turut dirasakan Samidi (50), petani cabai asal Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.
Selain sengatan matahari, sejumlah penyakit turut menjangkiti tanaman cabai. Yakni, adanya hama kutu kebul atau kutu putih.
Samidi mengatakan hampir lebih dari 50 persen tanaman cabai keriting miliknya tak dapat tumbuh dengan maksimal. Alasan utamanya adalah adanya hama yang menyerang berupa kutu kebul atau kutu putih.
"Hama (kutu putih) cepat berkembang saat cuaca panas seperti ini," tambahnya.
Samidi menyatakan, cabai keriting merupakan komoditi yang paling rentan terkena hama ketimbang komoditas cabai lainnya, sehingga penangananya harus optimal agar terhindar dari hama.
Baca juga: Kabar Baik, Pendakian Raung Via Kalibaru Banyuwangi Dibuka Kembali
“Kemarin kita telat penanganannya sehingga menjangkiti tanaman lainnya,” ucapnya.
Dalam menangani hama tersebut, Samidi menggunakan cairan insektisida jenis EC dengan harga Rp85 ribu per 100 mili yang hanya bisa digunakan untuk satu hektare lahan.
Namun penanganannya telat sehingga menyebabkan tanaman hama menyebar, di mana ia mulai melakukan penyemprotan di saat tanaman tumbuh sekitar 4-5 hari.
“Dari 10 ribu batang, sebanyak 5 ribu batang cabai keriting rusak akibat hama tersebut yang di tanam di lahan seluas 20 are,” ujarnya
Editor : Achmad S