Mengenal Fotografi Cyanotype di Surabaya, Bisa Jadi Hobi Baru Loh

Mengenal Fotografi Cyanotype di Surabaya, Bisa Jadi Hobi Baru Loh © mili.id

Proses pengeringan kertas watercolor setelah dibilas dengan air dan ditambah hidrogen peroksida, untuk mempergelap warna. (Shella/mili.id)

Surabaya - Berawal dari merasa bosan dan butuh hobi baru, Tascha Amalia penyuka fotografi mencoba Cyanotype sebagai hobi baru di kala pandemi saat itu.

Cyanotype sendiri ditemukan pada sekitar tahun 1800-an. Tacha, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa tujuan cyanotype itu seperti fotokopi atau cetak blue print jaman dulu.

Baca juga: Eri Cahyadi Buka Kejuaraan Basket antar SMA/SMK Seluruh Surabaya

"Sebenarnya tujuan utama kaya fotokopi jaman dulu. Jadi, mempermurah biaya cetak blue print. Dulu orang menggambar melalui mika, terus difotokopinya biar gampang itu pakai cyanotype," jelas Tacha, Senin (13/11/2023).

Menurutnya, nama cyanotype datang karena yang dihasilkan cyanotype yakni berwarna biru dan cyan atau sian sendiri berarti biru.

"Nah terus, kelamaan orang-orang mikir bisa nih untuk ngeprint fotografi. Jadi, dipake. Sebenarnya, semua hasilnya itu warna biru, makanya namanya cyan- cyanotype," tambahnya.

Persiapan untuk mencampur dua bahan kimia yang digunakan untuk bahan utama pembuatan cyanotype.  (Shella/mili.id)Persiapan untuk mencampur dua bahan kimia yang digunakan untuk bahan utama pembuatan cyanotype. (Shella/mili.id)

Dalam membuat Cyanotype, dibutuhkan beberapa alat dan langkah-langkah yang harus diikuti dengan benar, agar hasilnya maksimal.

Pertama, alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Dua bahan kimia sebagai bahan utama, Ferric Ammonium Citrat dan Potassium Ferrycyanide.
2. Hasil foto yang dicetak negatif film.
3. Spons brush
4. Kertas Watercolor 300gsm
5. Frame
6. Penjepit dan tali untuk menjemur hasil cyanotype
7. Bunga atau dekorasi lain sesuai kebutuhan
8. Hidrogen peroksida, berfungsi sebagai finishing untuk mempercepat atau memberi efek lebih gelap pada hasil akhirnya.

Selanjutnya, kedua bahan kimia dicampur dengan rasio 1:1 dan dioleskan diatas kertas watercolor secara merata menggunakan spons brush.

Baca juga: 8 Orang Komplotan Begal di Surabaya Diberangus, 6 Masih Anak-anak

Ia menegaskan bahwa kertas yang dipakai harus kertas watercolor minimal 300gsm, karena nantinya kertas tersebut akan dibilas dengan air.

"Watercolor paper minimal 300gsm, kenapa pakai kertas watercolor, karena nanti kita bilas pakai air. Jadi aku pernah coba pakai 250 gsm itu, kalau misalkan kertas kan bisa keluar bulir, nah 300gsm masih aman, kertasnya tidak rusak," tegasnya.

"Terus nanti dikeringkan di dalam ruangan, Karena chemical ini sangat sensitif sama UV. Jadi, kenapa bisa jadi foto kaya gini, itu karena nanti kita pakai UV," terangnya.

Setelah bahan kimia dioleskan secara merata dan dikeringkan dalam ruangan agar tidak terkena sinar UV. Kemudian negatif film yang telah dicetak sebelumnya, ditata diatas kertas dan frame bersama dekorasi lain sesuai selera.

"Kita bawa keluar, kira-kira 10-15 menit, lihat UV (sinar matahari) juga. Habis itu dibilas pakai air dan dijemur pakai penjepit dan tali. Nah baru ditambah hydrogen peroxide, kalau mau ditambah lebih gelap. Lalu dikeringkan," lanjutnya.

Baca juga: WN Turki Bobol Apartemen Kekasih di Surabaya, Curi Uang Hingga Jam Tangan Mewah

Gadis berkuncir itu juga mengatakan terdapat alternatif lain selain menggunakan negatif film, bisa pakai bunga atau benda lain yang bisa menutupi bagian agar tidak terkena sinar UV.

"Nah, jadi dulu tuh juga sering dipakai bunga. Kertasnya dikasih chemical, bunga asli disusun diatasnya," tuturnya.

Hal lain yang patut diperhatikan adalah, jika menggunakan cahaya matahari sebagai sumber UV utama, akan dapat mempengaruhi hasil akhir cyanotype.

"Jika matahari tertutup awan atau tidak stabil, hasilnya akan gagal atau under expossure," pungkasnya.

Editor : Achmad S



Berita Terkait