Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Dosen UC Surabaya Ajak Siswa YPAB Berenang, Bekal Kemandirian dan Keberanian

Dosen UC Surabaya Ajak Siswa YPAB Berenang, Bekal Kemandirian dan Keberanian © mili.id

Dosen UC Surabaya mengajak para siswa YPAB berenang bersama (Foto: UC Surabaya)

Surabaya - Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Ciputra (UC) Surabaya mengajak 15 siswa buta dari Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) untuk berenang bersama. Siswa tersebut diajak berenang di Surabaya setiap akhir bulan.

Dosen UC Surabaya itu adalah Prof Christina Eviutami Mediastika dan Lya Dewi Anggraini.

Baca juga: Bogasari Bagikan 1620 Paket Sembako hingga Santuni Anak Yatim dan Disabilitas

Prof Evi menjelaskan, kegiatan yang merupakan wujud kepeduliannya terhadap keberadaan rekan buta di kota pahlawan ini tak berhenti di situ. Sebab kegitan ini berlanjut pada 18 November 2023 untuk diajak bermain di Pantai Dalegan, Gresik.

"Kegiatan ini melibatkan 11 mahasiswa UC dan 5 guru YPAB. Berenang tentunya menjadi kegiatan yang menyenangkan asal bisa dilakukan dengan aman. Siswa buta dibekali dengan pengetahuan dan juga ada pendampingan dari mahasiswa saat berenang," terang Evi tertulis, Sabtu (18/11/2023).

Evi memaparkan bahwa tujuan utama kegiatan ini agar keberanian siswa buta terhadap air dapat menjadi bekal dalam kehidupan mereka sehari-hari menjadi manusia yang mandiri atau menguasai life-skill.

"Bagi mereka yang buta sejak lahir dan belum pernah melihat air, ketakutan itu ada dan harus diatasi dengan pengenalan terhadap air secara nyata dengan masuk ke dalam air secara sesungguhnya," terangnya.

"Sebelum masuk ke kolam renang siswa buta diingatkan kembali tentang pelajaran fisika seperti tentang sifat air, berat jenis manusia yang lebih kecil dari air. Sehingga akan mengambang dalam air, juga paru-paru manusia hidup ada udara yang bersifat seperti pelampung yang mampu mengambang. Hal ini membuka wawasan siswa buta sehingga timbul rasa tenang dan berani mulai berenang," imbuh Evi.

Sementara Lya, dosen yang juga terlibat dalam kegiatan itu menjelaskan bahwa 15 siswa buta ini ada yang mengalami kebutaan tidak sejak lahir, bahkan ada yang mengalami buta sebagian, sehingga lebih tenang dan langsung berani belajar berenang.

Baca juga: 15 Polisi Terluka saat Ricuh Demo Tolak UU TNI di Surabaya

Menurutnya, hal itu berbeda dengan mengalami kebutaan sejak lahir, karena ada rasa takut saat masuk ke kolam.

"Semua peserta sangat antusias. Ketakutan yang awalnya dirasakan bisa ditanggulangi dengan pendampingan dari mahasiswa. Saat sudah beradaptasi, rasa senang bermain air pun dirasakan sampai enggan untuk keluar dari kolam renang," terang Lya.

"Mahasiswa juga menikmati bermain bersama, bahkan beberapa merasa tidak ada batasan antara yang buta dan yang awas ketika berada di air, karena tidak ada batas ketika semua bisa bergerak dan bermain bersama, tertawa bersama, menikmati air yang mendinginkan suhu udara ketika cuaca sekitar sangat panas," tambah dia.

Dua kali pengalaman belajar berenang di kolam renang ini mempersiapkan siswa buta untuk diajak masuk dalam pengalaman bermain air yang lebih menantang yaitu di Pantai Dalegan.

"Siswa buta yang sudah 2 kali berlatih mengalahkan takutnya bahkan beradaptasi dengan air, pada tanggal 18 November ini akan kita ajak untuk bermain air di Pantai Dalegan," terang Evi.

Baca juga: 1500 Guru dan 500 Murid Prasejahtera Dapatkan Perhatian Safari Ramadan Dindik Jatim

"Ketika berkegiatan di pantai yang terbuka untuk umum dan banyak pengunjung lain dan areanya yang luas, maka kami pastikan pendampingan pada siswa buta lebih ketat. Hal ini karena siswa buta hanya bisa mengandalkan suara dan penglihatan yang terbatas bagi yang buta sebagian," imbuhnya.

Evi berharap pengalaman ini dapat menjadi motivasi siswa buta untuk mengenal dunia luas tanpa rasa takut. Dalam hal ini tidak takut berada dalam air seperti kolam renang bahkan Pantai dan air laut.

Evi juga berharap ada nilai-nilai baik yang mahasiswa serap saat berkegiatan bersama siswa buta, yaitu dalam hal empati.

"Dengan berkegiatan bersama siswa buta, mahasiswa secara tidak langsung mengamati keterbatasan dari siswa buta, sehingga mendorong mereka berpikir untuk mulai menciptakan desain lingkungan yang mengakomodasi kebutuhan siswa buta tersebut. Sehingga suatu hari nanti fasilitas umum pun ramah untuk teman-teman difabel," pungkas Evi.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait