Rektor Untag Surabaya Professor Nugroho (Foto: Shella/mili.id)
Surabaya - Geliat tahun politik di Indonesia menjadi isu politik identitas hangat untuk dibicarakan. Rektor Universitas 17 Agustus 1945, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, MM, CMA, CPA, menyampaikan pandangannya terhadap bagaimana menjaga demokrasi di tengah politik identitas.
Banyaknya suku, ras, etnis dan agama di Indonesia, menurut Professor Nugroho membuat demokrasi susah dirubah. Indeks demokrasi di Indonesia sendiri berada di urutan 54 dari 164 negara.
Baca juga: Persebaya Gagal Menang 6 Kali Beruntun, Paul Munster Terancam
"Demokrasi kita memang susah ya, karena banyaknya suku ras. Maka sebetulnya ya keterbukaan, ada unsur kebersamaan, unsur kesamaan itu penting. Kalau gak, susah itu. Demokrasi kita itu kan rangking 54 dari 176 negara. Kita memang susah karena banyak suku dan banyak ras, gampang untuk dimainkan, demokrasi itu gampang dimainkan di kita itu," papar Professor Nugroho Senin (22/11).
Baca juga: KA Commuter Blorasura Tabrak Ertiga di Perlintasan Asemrowo Surabaya
Faktor selanjutnya, menurut Prof Nug pendidikan menjadi salah satu hal penting sebagai pembelajaran, agar demokrasi dapat terbangun ketika pendidikan meningkat.
Baca juga: Pemkot Surabaya Lelang 67 Motor 7 Mobil Tahap Pertama di Tahun 2025
"Nah kebetulan pemikiran kita semakin meningkat ya orang itu, saya melihat rata rata mahasiswa baru aja udah 60 persen orangtuanya udah S1. Pasti akan semakin bagus. Ya mudah mudahan Indonesia akan semakin bergeser dengan naiknya pendidikan ya, kebutuhan pendidikan, macem-macem," tutur Prof Nug.
"Ya memang seringkali demokrasi kita dipermainkan apalagi tahun sekarang. Dipermainkan dengan kekuasaan, mungkin dipermainkan agama, sekaligus suku, sangat kental. Ini bahaya ketika kita ini demokrasi kita ini diacak-acak sampai hari ini," tambah dia.
Editor : Aris S