Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Cak Imin Ingin Sejarah Orde Baru Jadi Pelajaran Sekolah: Agar Tak Mengulang Kesalahan

Cak Imin Ingin Sejarah Orde Baru Jadi Pelajaran Sekolah: Agar Tak Mengulang Kesalahan © mili.id

Cak Imin saat berada di Majapahit (Foto: Nana/mili.id)

Mojokerto - Calon Wakil Presiden (Cawapres) Nomor Urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mendatangi haul ke-32 ayahnya di Mojokerto, Minggu (3/12/2023).

Kali ini, Cak Imin datang bersama istrinya, Rustini Murtadho ke lokasi haul di Dusun Kaumar, Desa Pugeran, Kecamatan Gondang.

Baca juga: Pagar Kerajaan Majapahit Terindikasi Berada di Bagian Selatan Candi Brahu Mojokerto

Cak Imin tampak mengenakan kemeja putih, lengkap dengan celana panjang warna abu-abu dan peci hitam saat memanjatkan doa di pusara H. Abdul Salam dan Mbah Chajjubi.

Sebelum berziarah, Ketua Umum PKB ini mengikuti haul ke-32 almarhum sang ayah bersama 300 jamaah di Kabupaten Mojokerto.

Cak Imin mengatakan bahwa akan memperjuangkan reformasi jilid II, yaitu keinginan bersama pasangan Anies Baswedan.

Di mana sejarah orde baru nantinya harus dimasukkan dalam materi resmi pelajaran sekolah.

"Bahkan mestinya sejarah orde baru ini harus jadi materi resmi di sekolah-sekolah. Bukan soal menjelekkan kepemimpinan seseorang, bukan. Tapi supaya kita tidak side back atau mengulang kesalahan," ujarnya.

Baca juga: 10 Tahun Alami Kekerasan Psikis, Ibu 2 Anak di Mojokerto Laporkan Suami ke Polisi

Sebab ia ingin masyarakat dan penerus Bangsa Indonesia harus mengetahui bagaimana perjuangan dalam mencapai reformasi setelah masa orde baru ditumbangkan.

"Bahkan ketika kita berjuang, reformasi itu korbannya luar biasa. Terlampau banyak nyawa melayang, terlampau banyak hak asasi manusia tidak sampai hari ini dipenuhi haknya," jelas dia.

Baca juga: Komplotan Pencuri Beraksi di Kota Mojokerto, Sikat Motor Trail dan Beat

Cak Imin juga menginginkan adanya materi informasi sejarah orde baru di lingkungan sekolah. Sebab dirinya mengaku menjadi salah satu korban orde baru.

Ia menjelaskan bahwa negara yang otoriter atau salah dalam mengelola demokrasi akan memulai peradaban dari titik nol lagi.

"Saya termasuk korban orde baru yang tidak mau lagi itu terjadi, karena bagaimana sulitnya kita mencerdaskan diri. Cari buku aja susah, semua dibatasi, begitu juga kebebasan berekspresi semua takut dikriminalisasi," pungkasnya.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait