Mojokerto - Lapak penjual es tebu yang berjejer di sepanjang jalan by pass yang berada di perbatasan antara kota dan Kabupaten Mojokerto ini begitu menggoda pengguna jalan.
Yah, selain es tebu yang dapat menghilangkan dahaga , para pengguna jalan yang singgah untuk beristirahat bakal disuguhkan dengan penjual es tebu yang berparas ayu dan seksi.
Baca juga: Pembunuh Wanita Kediri yang Dibuang ke Hutan Mojokerto Segera Sidang
Berpenampilan cantik rupanya sudah menjadi syarat dan tuntutan untuk menarik pembeli. Terlebih lagi, lapak-lapak es tebu ini bersaing satu sama lain.
Dengan begitu, para perempuan bersolek itu pun sukses mencuri perhatian pembeli yang mayoritas kaum adam ini.
Tak heran, jika mereka sering kali mendapat godaan dari pelanggan.
Bahkan ada saja pelanggan yang meminta nomor telepon atau WhatsApp, maupun mengajak blak-blakkan untuk kencan.
Hal itu diakui oleh Wanda, salah satu pramusaji es tebu di lapak yang ada tepat di pinggir jalan raya ini.
Meski begitu, wanita berusia 24 tahun asal Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto ini menganggap godaan adalah hal lumrah dan bagian dari tantangan.
Janda anak satu ini mengaku kerap mendapat godaan dari pelanggan. Meski begitu, ia belum pernah mendapat pengalaman kurang menyenangkan dari para pelanggannya.
Tapi sekadar godaan-godaan tentu ia alami, mulai dari diajak kenalan hingga meminta nomor WA. Modusnya ingin jadi pelanggan setia.
"Banyak (minta nomor WA) untuk jadi pelanggan katanya, tujuannya menghubungi nanti bungkus berapa gitu. Kadang-kadang ada yang mengajak kencan. Saya biasa saja, karena niat saya hanya di sini kerja. Yang penting mental," ucapnya.
Deretan lapak es tebu ini umumnya buka mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Dimana setiap lapak menyediakan kursi bambu panjang untuk duduk pembeli melepas penat. Tak ada minuman lain selain es tebu. Makanannya pun hanya gorengan saja.
Alhasil, penghasilannya menyuguhkan es tebu tak sebanding dengan tuntutan pemilik lapak yang mengharuskan dirinya terlihat menawan.
Baca juga: Dukung Astacita Presiden RI, Polres Mojokerto Kota dan Forkopimda Tanam Jagung
Yah, meski pekerjaan itu tak terlalu berat. Ia hanya ditugaskan melayani pembeli. Yakni, menuangkan es batu dan sari tebu ke dalam gelas, serta mencuci gelas-gelas kotor. Sementara menggiling tebu menjadi tugas pemilik lapak.
Satu botol es tebu ukuran 600 ml, dijual dengan tarif Rp 10 ribu. Sedangkan satu gelas es tebu dipatok harga Rp 5 ribu. Satu botolnya bisa menjadi dua gelas. Untuk gorengan perbiji dijual dengan harga Rp 2 ribu.
Wulan pramusaji lain mengaku, upah yang diberikan setiap harinya oleh pemilik warung tidak pasti. Tergantung berapa botol es tebu yang berhasil terjual. Dalam sehari, mampu terjual 15 sampai 30 botol.
Dari satu botol es tebu, Wulan mendapat komisi Rp 3 ribu. Sedangkan 1 gorengan Rp 1000. Terkadang, ia juga mendapat penghasilan tambahan dari pengujung yang berbaik hati. Ia menyebutnya uang tip atau komisi, sekitar Rp 10 sampai 50 ribu.
"Rata-rata sehari kalau sepi dapat Rp 80 ribu. Kalau ramai sampai Rp 100-120 ribu. Itu sudah bersih untuk saya, termasuk tip ," bebernya.
Wanita berusia 27 tahun ini juga mengaku cukup sering digoda. Bahkan secara blak-blakan, wanita asal Jombang ini mengaku tak hanya sekadar mengajaknya kencan untuk memadu kasih sebagai pacar. Jauh lebih ekstrim, banyak pria mengajak untuk tidur bareng.
"Sering ada yang minta nomor WA, tanya open booking, open song. Modusnya biar jadi langganan. Saya sudah biasa," ujar janda dua anak ini.
Baca juga: Pohon Tertabrak Trailer, Ranting Menimpa Pemotor di Mojokerto
Meski begitu, ia tak ambil pusing. Ia memilih untuk langsung menolak. Namun ia menceritakan, memang ada satu dua penjaga es tebu yang menerima tawaran-tawaran itu.
"Satu dua orang kan pasti ada yang kayak gitu (tawaran kencan/open booking), tapi bukan berarti semuanya mau, itu lah merusak citra wanita di sini. Kalau aku mending saya kasarin, mau balik kesini atau nggak ya terserah, rejeki nggak dari situ saja kan," tegasnya.
Wulan sendiri sudah bertahun-tahun bekerja sebagai penjaga warung es tebu milik orang. Setahun terakhir ini, warung ia jaga adalah miliknya sendiri. Omzet per hari mencapai Rp 300 ribu.
"Minimal kalau aku minim sepi Rp 80-100 ribu. Kalau ramai Rp 300 ribu," katanya.
Wulan tidak terlalu memperhatikan penampilanya. Ia pun mengaku hanya berdandan sederhana. "Make up ala kadarnya. Kalau aku sih orang mampir atau tidak terserah ya. Laku ya sudah, kalau nggak ya tidak apa-apa," pungkasnya.
Editor : Aris S