Mojokerto - 23 tahun silam, anggota Banser bernama Riyanto wafat karena bom yang ia evakuasi dari Gereja Jemaat Pantekosta Indonesia atau GSJPDI Eben Haezer Kota Mojokerto meledak.
Jasa Banser penjaga nyawa jemaat Gereja Eben HaezerKota Mojokerto saat Misa Natal itu terus dikenang. Begitu pula Natal 2023 saat ini, semua orang mengenang jasa anak pertama dari pasangan Sukarmin (74) dan Kartinem (65) tersebut.
Baca juga: Jalan di Kota Mojokerto ini Punya Julukan Menyeramkan, Hiii...
Riyanto merupakan anak pertama dari 7 bersaudara. Pada 24 Desember 2000 malam itu, dia memang bertugas sebagai Banser yang turut membantu menjaga keamanan gereja-gereja.
Kala itu, bertepatan dengan ramadan hari ke-20. Tulang punggung keluarga ini berpamitan kepada ibunya tidak berbuka puasa di rumah. Ia izin berbuka bersama rekan-rekan Banser lainnnya, sekaligus mempersiapkan penjagaan di Gereja Eben Haezer Kota Mojokerto.
Ketika menjaga Gereja Eben Haezer bersama tiga rekannya, Riyanto mendapat laporan adanya benda mencurigakan di depan gereja dari jemaat sekitar pukul 20.30 WIB. Bentuknya bungkusan tas plastik berwarna hitam di bawah telepon umum depan gereja.
Pemuda kelahiran Kediri 1975 itu lalu berinisiatif mengambil dan menyerahkan ke polisi yang berjaga saat itu. Usai dicek, ternyata bungkusan plastik itu berisi benda sebesar aki mobil (bom).
Koordinator Jaringan GUSDURian Mojokerto, Kholilulloh dan Banser Mojokerto saat tabur bunga di pusara Rianto pahlawan kemanusiaan, Minggu (24/12/2023)
Petugas yang berjaga kemudian meminta semua menjauh dan tiarap. Namun Riyanto justru membawa lari benda itu, menjauh dari gereja hingga akhirnya meledak dan mengenai tubuhnya.
Riyanto pun wafat saat menjaga umat lain menjalankan ibadah menyambut perayaan Natal di Kota Mojokerto. Isak tangis keluarga utamanya sang ibu Kartinem pecah mendengar sang anak meninggal begitu cepat karena ledakan bom.
Baca juga: Reklame Toko Handphone di Kota Mojokerto Disegel Satpol PP
"Saat itu yah ibunya ndak (tidak) kuat, tidak sadar, kaget sedih luar biasa. Kalau dibilang rindu, namanya ditinggalkan tiba-tiba, apalagi anak pertama pasti namanya orangtua ya pasti rindu. Apalagi sikapnya terhadap orangtua," ucap Sukarmin (74) di sudut ruang tamu rumahnya, Minggu (24/12/2023).
Kini, keluarga hanya bisa berharap agar sosok anaknya terus didoakan dan dikenang semua umat atas keberaniannya menyelamatkan jemaah gereja yang sedang menjalankan ibadah Misa Natal 23 tahun silam.
"Semoga tiap tahun tiap waktu malam Natal, dari gereja dari umat beragama mendoakan anak saya semoga dikasih tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Kalau ada waktu bisa (berkunjung) ke makam, atau mau ke rumah orangtuanya Riyanto, saya siap semuanya," ungkapnya.
Kini Riyanto berada di pusaranya, Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kecamatan Prajuritkulon, Kota Mojokerto. Pusara ini selalu didatangi berbagai umat untuk berziarah. Utamanya jelang perayaan Natal untuk mengenang keberaniannya dalam menyelamatkan jamaah Gereja Eben Haezer.
Baca juga: KPU Resmi Tetapkan Paslon 2 jadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Mojokerto Terpilih
Sore ini pun, terlihat perwakilan Gusdurian Mojokerto dan anggota Banser berziarah, melakukan tabur bunga di makam Riyanto, sebelum bersafari Natal dan menjaga keamanan gereja-gereja.
Momentum ini rupanya rutin mereka lakukan sepeninggalnya almarhum, tepat tanggal 24 Desember. Tak lain untuk mengenang keberanian pahlawan kemanusiaan. Dan menjadi sosok yang menginspirasi.
"23 tahun lalu memberanikan diri untuk mengambil posisi yang saat itu sangat berisiko. Alangkah baiknya pelajaran itu bisa kita ambil. Utamanya oleh sahabat-sahabat Banser. Dan juga bisa dilanjutkan dalam perjuangan," papar Koordinator Jaringan GUSDURian Mojokerto, Kholilulloh.
Kini, nama Riyanto kemudian diabadikan pemerintah pusat sebagai nama jalan di Kota Mojokerto. Sosoknya pun menginspirasi kisah Soleh di film '?' karya Hanungbramantyo.
Editor : Narendra Bakrie