Surabaya - PLN Nusantara Power (PLN NP) mendukung pemanfaatan Fly Ash Bottom Ash (FABA) untuk masyarakat.
Kali ini PLN NP bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menghadirkan bangunan tahan gempa berbahan dasar FABA di Desa Sumberejo, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Baca juga: Deretan Kopi Kekinian yang Wajib Dicoba, Nomor 10: Kamu Bisa Ikut Menjaga Bumi Lho
Bangunan yang memanfaatkan FABA dari Unit Pembangkitan Paiton itu telah diresmikan pada Desember ini dan akan dimanfaatkan sebagai Kantor Bumdes Sumberejo.
BIMA (Bangunan Instan Modular Sederhana) disematkan sebagai nama bagi inovasi bangunan berbahan utama FABA yang ramah lingkungan untuk Non-Engineered House (NEH) tahan gempa.
Desain struktur dan material bangunan ini memenuhi standar PP Nomor 16 Tahun 2021 (tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung).
Selain itu, juga SNI 1726-2019 (tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan nongedung), SNI 8640-2018 (bata ringan) dan SNI 2847 2022 (persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung), SNI 1726-2019 (persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung).
Ketua Tim Penelitian ITS, Dr Eng. Yuyun Tajunnisa mengatakan, daya tekan beton BIMA mencapai 23-25 Mpa, di mana syarat minimum untuk rumah tahan gempa> 21 MPa. Ikatan antar dindingnya menggunakan mortar sehingga memiliki ikatan yang kuat jika dibandingkan dengan ikatan dinding bata merah.
Desain kolom dengan coakan yang memungkinkan adanya ikatan antara dinding dan kolom sehingga memperkuat struktur dari beban gempa. Selain itu, koneksi kolom ke dinding menggunakan sistem jepit non angkur atau dinding dipasang menjorok di dalam kolom, sebagai struktur tahan gempa.
"Rumah BIMA merupakan bangunan yang ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah FABA. Selain itu, pembangunannya dapat dilakukan dengan sistem modular atau semi modular sehingga tidak boros dalam penggunaan bekisting," terang Yuyun, Sabtu (30/12/2023).
Baca juga: Ester Calon Wisudawan Termuda dari Departemen Teknik Geofisika ITS
Yuyun menyebut campuran beton untuk bagian struktur beton (kolom, balok dan pondasi) terdiri dari semen, pasir, kerikil, FABA dan air. Fly ash menggantikan 40 persen semen, sedangkan bottom ash menggantikan 50 persen pasir.
Pada material dinding bata ringan BIMA, fly ash menggantikan 100 persen pasir, tegangan tekan beton bata ringan mencapai 2,5 MPa pada umur beton 28 Hari.
"Angka ini memenuhi standar SNI 8640-2018 bata ringan dengan kuat tekan min 2 Mpa," sebutnya.
Inovasi pemanfaatan FABA untuk pembangunan Rumah BIMA yang dilakukan PLN NP bersama ITS ini menjadi jawaban terhadap tantangan pengolahan limbah FABA yang berkelanjutan. Transformasi ini juga mampu menyelesaikan masalah lingkungan sekaligus melahirkan inovasi baru dalam pengolahan FABA.
Sementara Direktur Utama PLN NP, Ruly Firmansyah mengatakan bahwa Rumah Bima merupakan bagian dari upaya Perusahaan dalam mengoptimalkan pemanfaatan FABA bagi kepentingan masyarakat.
Baca juga: Wow! Mahasiswa di Surabaya Gunakan Filter Rokok sebagai Bahan Modifikasi Aspal
Selama ini FABA telah dimanfaatkan sebagai bahan baku substitusi produk beton perkerasan, roadbase, bata ringan, penetralisir air asam tambang, pupuk, hingga pemecah ombak.
FABA juga dimanfaatkan sebagai pemantik penghidupan sirkuler ekonomi masyarakat melalui UMKM produsen paving block, precast dan bata ringan.
"Tahun 2023 FABA yang dihasilkan PLN NP telah dimanfaatkan dengan sangat optimal," jelas Ruly.
Hingga November 2023, pemanfaatannya sudah di angka lebih dari 168 persen. Dari total produksi FABA 927.813,10 ton, jumlah pemakaiannya sebesar 1.445.518,94 ton.
"FABA berasal dari 20 PLTU di Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera," tandasnya.
Editor : Narendra Bakrie