Situbondo - Jika anda berkunjung ke Situbondo, kurang lengkap rasanya jika tidak mencicipi kuliner nasi sodu Situbondo, yang disajikan dengan sambel pedas, dan minum teh anget.
Nasi sodu merupakan kuliner khas Kabupaten Situbondo, yakni campuran antara nasi dengan sayur santan labu kuning, dengan lauk ikan laut jenis cakalang, ditambah sambel trasi kecambah dan timun.
Baca juga: Blusukan di Pasar Tradisional Asembagus, Mbak Ulfi Serap Aspirasi Pedagang
Hayati (47), penjual nasi sodu asal Desa Trigonco, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo mengatakan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, setiap hari dirinya menghabiskan beras seberat 30 kilogram.
Nasi Sodu Khas Situbondo
“Sejak pandemi Covid-19, omset penjualan turun drastis hingga 65 persen. Namun, pasca kasus Covid-19, omset penjualan nasi sodu sedikit kembali normal. Kini setiap hari hanya menghabiskan beras 20 kilogram saja. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, setiap hari menghabiskan beras 30 kilogram,” ujar Hayati, Sabtu (6/1/2024).
Menurut dia, nasi sodu merupakan kuliner khas Situbondo, utamanya pada dua kecamatan timur Kabupaten Situbondo, yakni Kecamatan Asembagus, dan Kecamatan Banyuputih.
Nama sodu sendiri itu diambil dari penyajiannya, karena pertama kali sodu disajikan menggunakan daun pisang, dengan sendok yang juga terbuat daun pisang atau sodu (bahasa madura sodu).
"Namun, seiring dengan bertambahnya waktu, saat ini, penyajian nasi sodu menggunakan piring dengan sendok,” bebernya.
Baca juga: Honda Jazz Ugal-ugalan Picu Tabrakan Beruntun di Situbondo
Hayati menambahkan, dirinya mulai membuka usaha jualan nasi sodu sekitar tiga tahun lalu, meneruskan usaha ibunya yang meninggal akibat penyakit yang dideritanya.
“Namun, berjualan nasi sodu merupakan usaha turun temurun dari keluarga, yakni mulai dari nenek hingga almarhum ibu (Hj Sunaya red-). Saat ini, harga nasi sodu setiap porsinya sebesar Rp.8000,” bebernya.
Lebih jauh Hayati mengatakan, dirinya membuka warung nasi sodu mulai pukul 16.00 hingga pukul 24.00 di warung permanen di simpang tiga traffick light di Desa Trigonco, Kecamatan Asembagus, Situbondo.
"Alhamdulilah omset penjualan nasi sodu sedikit kembali normal, setiap hari saya menghabiskan sebanyak 20 kilogram,” imbuhnya.
Baca juga: Residivis Kasus Perampokan di Situbondo Terjerat Narkoba
Lebih jauh Hayati menegaskan, peminat nasi sodu semakin banyak. Selain itu, untuk memberikan aroma yang khas, proses memasak nasi sodu itu menggunakan tungku dengan bahan kayu bakar.
"Saya bangga bisa berjualan nasi sodu, sebab bisa melestarikan kuliner lokal, dengan proses memasak nasi masih menggunakan tungku dengan bahan kayu bakar,” pungkasnya.
Sementara itu, Suyono (41), asal Kota Bondowoso mengatakan, dirinya memang suka makan kuliner nasi sodu. Bahkan, jika dirinya bersilaturrahmi kerabat di Situbondo, hampir dipastikan dirinya mampir ke warung nasi sodu.
"Awalnya saya makan nasi sodu saat bersilaturrahmi ke rumah teman di Situbondo. Saat itu, saya dan keluarga disuguhi nasi sodu. Sejak saat itulah, ketagihan terhadap kuliner khas Situbondo tersebut,” katanya.
Editor : Aris S