Surabaya - Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya diminta lebih gencar melakukan sosialisasi tentang aplikasi angkutan umum, agar masyarakat semakin paham.
Hal itu disampaikan anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, William Wirakusuma. Dia meminta dishub terus melakukan sosialisasi, salah satunya aplikasi GoBis pada fitur track location.
Baca juga: Wanita Misterius Tewas Mengenaskan di Surabaya, Diduga Tertabrak Kereta Api
Sebab saat ini sudah ada feeder Wira-Wiri yang menjadi pelengkap rute Suroboyo Bus dan Trans Semanggi. Namun rutenya masih belum dipahami masyarakat secara menyeluruh.
"Sampai saat ini masyarakat Surabaya sendiri masih bingung dengan rute angkutan tersebut, apalagi masyarakat dari luar Surabaya atau wisatawan. Untuk itu, dishub lebih gencar mensosialisasikan aplikasi GoBis pada fitur track location," tegas William, Selasa (23/1/2024).
Soal sebagian masyarakat yang mengusulkan agar rute feeder Wira-Wiri Suroboyo dibedakan dengan warna, seperti lyn angkot, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini menyatakan bahwa hal itu tidak bisa direalisasikan.
Karena menurutnya, rute feeder bisa berubah atau bisa diganti. Misalnya, jalur A itu paling padat atau banyak penumpangnya sehingga perlu tambahan armada, maka armada yang ada tinggal digeser untuk diperbantukan.
"Jadi tinggal running teksnya yang diganti. Kalau didasarkan warna rasanya sulit, karena jalurnya hanya satu dan transportasi terus berkembang. Karena itu, masyarakat harus membiasakan diri soal kodenya, khususnya lansia," ungkap dia.
Selain itu, William mengusulkan kepada Dishub Surabaya untuk menempelkan semua rute feeder Wira-Wiri Suroboyo di halte-halte.
William menuturkan, pada 2024 ini rute Terminal Benowo-Jalan Tunjungan sebagai rute pengganti salah satu angkutan kota dan menggunakan armada hiace dengan kapasitas 14 penumpang, akan diganti bus medium berkapasitas lebih banyak. Sebab hampir setiap hari, feeder ditunggu penumpang di halte.
Baca juga: Perjalanan Polisi Memburu Pengamen Terlibat Pencurian Motor di Surabaya
"Sementara armada hiace ini akan dipindah ke rute lain yang agak ramai," ungkapnya.
Soal armada Suroboyo Bus yang dinilai cukup besar dan kurang tepat di tengah padatnya lalu lintas di Surabaya, sehingga perlu diganti bus medium seperti Bus Trans Jatim milik Pemprov Jatim yang lebih ramping, William mengaku itu tidak bisa.
Justru kalau Bus Suroboyo itu ramai, dirinya akan mengusulkan diperbesar lagi dengan articulated bus (bus gandeng).
Apalagi, lanjut William, Bus Suroboyo sekarang mulai menjadi primadona. Setiap pagi dan sore bus ini sering penuh.
Baca juga: Pasutri di Surabaya Kompak Edarkan Narkoba Demi Keuntungan dan Isap Sabu Gratis
"Di luar negeri, bus gandeng seperti itu malah bisa masuk ke kampung-kampung," jelas dia.
Seperti diketahui, Surabaya memiliki masalah pelik dalam hal penataan transportasi umum. Bahkan, bisa dikatakan tertinggal dibanding kota-kota lain di Indonesia.
Seperti halnya Jakarta yang memulai Transjakarta pada 2004, Jogjakarta dengan Trans Jogja di 2008, dan Semarang dengan Trans Semarang pada 2009. Sementara Surabaya, baru memulai Suroboyo Bus pada 2018.
Karena itu, kehadiran feeder Wira-Wiri Suroboyo pada Maret 2023 bisa menjadi angin segar. Apalagi, sejak awal peluncurannya, sejumlah rute mulai dipenuhi penumpang.
Editor : Narendra Bakrie