Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Arif Fathoni, Politikus Sejati itu Tidak Kagetan dan Gumunan, Tapi Jadi Pelayan Rakyat

Arif Fathoni, Politikus Sejati itu Tidak  Kagetan dan Gumunan, Tapi Jadi Pelayan Rakyat © mili.id

Arif Fathoni

Mili.id - Di lansir dari Wikipedia, kaga Politik berasal dari (bahasa Yunani: Πολιτικά, politiká; Arab: سياسة, siyasah), yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. 

Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. 

Baca juga: Sedikit Mengurangi Aktivitas Selama Ramadan

Lalu apakah dunia politik itu kejam? Mengingat ada kepentingan, perebutan kekuasaan dan sebagainya, hal itu ditampik oleh Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni. Senin (13/12).

"Selamanya tidak, artinya tidak ada peristiwa kekejaman dalam dunia politik, tegantung dari niat kita mendharma baktikan untuk partai itu apa?" kata Arif Fathoni

Kalau dari awal punya ke ikhlasan untuk mendharma baktikan hidup ini untuk kepentingan partai. Maka sambung Arif seberat apapun penugasan dari partai pasti akan terasa ringan. 

Orang yang aktif di partai politik, tutur Arif harus punya dua krakter dasar, yakni ojok kagetan, ojok gumunan. Sehingga ketika melihat dinamika politik yang begitu keras dia tidak akan bereaksi berlebihan, karena hal itu dinilai wajar. 

Sebab, papar Arif yang namanya politik ujung-ujungnya adalah kompetisi untuk meraih suara rakyat. "Kalau kita sudah punya prinsip tidak kagetan dan gumunan apapun yang terjadi kita harus qonaah (menerima apa adanya). Kalau semisal kita sudah bekerja dengan cukup keras lalu kemudian Allah belum menakdirkan kita jadi pelayan rakyat, DPRD, kekuasaan eksekutif iya sudah itu bagian dari pilihan perjuangan." jelas Arif

Lantas Arif pun menganalogikan sebaik baiknya manusia adalah yang mau berjuang dibandingkan menimpakan kesalahan kepada orang lain. 

Baca juga: Warga Sawahan Surabaya Ingin PTSL Diadakan Lagi, Kuota Pemohon Ditambah

"Rasa kecewa dan berkeluh kesah wajar, namanya manusia pasti ada kekecewaaan ketika hasil nya itu tidak sesuai dengan yang kita harap." sebut politisi asal Partai Golkar tersebut. 

Ketika berada di posisi seperti itu, menurutnya kita harus intropeksi dan kembali lagi kepada dasar kita berpolitik, yakni penuh dengan keikhLasan untuk kepentingan masyarakat, karena ini adalah takdir. 

Lalu bagaimana dengan politik yang dinilai menindas dan menghasut, dari sudut pandanganya anggap seperti itu,  karena selama ini kita tidak pro aktif untuk menjelaskan tugas pokok dan fungsi legislatif di depan masyarakat. 

Terkadang juga lanjut dia, karena pendidikan politik tidak dimaknai sepenuhnya, disaat mau nyaleg seolah olah mau nyalonkan kepala daerah. Sehingga janjinya terhadap rakyat itu janji yang sebenarnya dilakukan oleh kepala daerah. 

Baca juga: Sebut Arif Fathoni Gurunya, Eri Cahyadi Berharap Dukungan Golkar

"Artinya DPRD itu punya Keterbatasan dan fungsi, DPRD dengan kepala daerah itu berbeda, kalau kepala daerah berjanji di depan masyarakat dia punya otoritas penuh untuk mengeksekusi kebijakan itu dalam APBD, kalau DPRD kan tidak," tukas Arif. 

Sehingga ia menyerukan, cara paling sederhana orang yang mau nyaleg itu niatnya cuma satu, bagaimana mau menjadi pelayan rakyat, pelayan rakyat itu apa? Harus mampu mengakselerasikan kehendak masyarakat yang diwakili nya dengan rencana pembangunan jangka menengah di daerah pemilihannya. 

"Nah itulah fungsi kita di bujeting jadi penganggaran bagaimana kita mampu mendorong usulan aspirasi masyarakat itu masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah lebih spesifik lagi masuk dalam APBD." tandas dia. 

Editor : Redaksi



Berita Terkait