Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Hasto Wardoyo: Jadi Duta Stunting Bukan Hanya Jargon, Perlu Action di Lapangan

Hasto Wardoyo: Jadi Duta Stunting Bukan Hanya Jargon, Perlu Action di Lapangan © mili.id

Ilustrasi

Mili.id - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta istri bupati/walikota yang jadi duta perluasan stunting bukan hanya jadi slogan belaka, tapi perlu action di lapangan. 

"Bukan bicara teori,harus kita action dan nyata, jadi duta perluasan stunting  jangan hanya slogan tapi  disertai dengan ada pasukannya di lapangan." ujar Wardoyo usai Sosialisasi Pencegahan Stunting Dari Hulu Dan Pengukuhan Bunda Genre Kab/Kota Sebagai Duta Penurunan Stunting se Provinsi Jawa Timur, di Hotel Wyndham Surabaya, Minggu (19/12) 

Baca juga: Situbondo Sabet Penghargaan Terbaik Ketiga Penurunan Stunting Tingkat Nasional

Ia menjabarkan pasukan duta perluasan stunting adalah pendamping keluarga. Terdiri dari bidan, PKK dan penyuluh KB. seluruh Indonesia sambung dia sudah dibentuk 200 ribu tim. Artinya ada sebanyak 600 ribu orang.

"Jadi di Jatim banyak sekali, setiap desa, satu desa banyak pendampingnya. Itulah sebagai kaki tangan atau ujung tombak yang bisa di pegang ketua ibu Penggerak PKK bersama wakil kepala daerah." ungkap dia 

Sehingga kinerja mereka harus nyata, di samping itu harus pula dibuat aturan yang tegas bagi   yang akan nikah, terlebih dahulu calon pasangan harus melakukan pemeriksaan jangan asal tuntas di konseling. 

"Udah titik gitu aja." tegasnya. 

Menurutnya tiga bulan sebelum melaksanakan nikah, harus periksa  dan hasil pemeriksaan itu sebagai syarat melangkah ke jenjang pernikahan  

Baca juga: Eri Cahyadi: Membangun Surabaya Mulai Dari yang Tak Kasat Mata

"Kalau mau dinikahkan berat badan tinggi badan, lingkar lengan atas, HB (harus periksa dulu), gampang kan syarat nya, begitu itu tercatat sudah anemia ketahuan, kekurangan kelebihan gizi ketahuan, iya sudahlah anda layak nikah tapi tidak layak hamil. Jadi anda harus minum tablet tambah darah dulu, enggak apa apa demi siapa demi anak nya dia, kita tidak mempersulit sebenarnya." beber dia. 

Kendati demkian, ada tantangan terbesar yang jadi problematika selama ini, yakni terkait pengetahuan kesehatan reproduksi. Hal itu dipengaruhi rendahnya  masyarakat terhadap pemahaman tentang gizi. 

"Ada uang dibelikannya mie tapi tidak beli ikan atau telur itu tantangan yang serius ada juga yang diberi bantuan PKH bapak nya merokok habis 600 ribu sebulan tapi tetap minta bantuan yang 500 ribu sebulan. Jadi anaknya stunting,"ucapnya.

Baca juga: Situbondo Klaim Angka Stunting Turun Hingga 5,5 Persen di Tahun 2023

Sehingga tantangan serius pertama menurut Wardoyo adalah mindset karena pengetahuan. Maka  dibutuhkan program edukasi, e-learning, termasuk menyiapkan  aplikasi Elsimil (elektrinik siap nikah siap hamil). 

"Begitu hari ini siap nikah tiga bulan lagi mau nikah hari ini masukan data ke Elsimil, akan ketahuan kalau anda ini kurang darah, kita kasih training lewat virtual kita kasih bacaan atau literatur tentang anemia." tandas dia. 

 

Editor : Redaksi



Berita Terkait