Kisah Ibu di Jember Merawat 2 Anaknya yang Mengalami Keterbelakangan Mental

© mili.id

Dua remaja di Jember yang mengalami keterbelakangan mental (Foto: Hatta/mili.id)

Jember - Seorang ibu bernama Komariyah (55), warga Jember dengan sabar merawat dua dari tiga anaknya yang mengalami keterbelakangan mental.

Dua anaknya yang mengalami keterbelakangan mental itu adalah anak kedua dan ketiga, yaitu gadis berinisial EW (19), dan adik laki-lakinya SY (17). Sedangkan anak pertamanya, bernama Zainul Arifin (28).

Sehari-hari, Komariyah dan Maderi (71), suaminya, tinggal bersama dua anaknya yang mengalami keterbelakangan mental itu, di rumah sederhananya di Dusun Darungan, Desa Sruni, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember.

Sementara anak pertamanya, Zainul Arifin merantau ke Pulau Bali, untuk bekerja, dengan tujuan membantu perekonomian keluarganya.

Menurut Komariyah, kedua anaknya itu diduga kuat kecanduan hanphone (HP) sejak kecil.

"Awal itu mereka suka bermain HP. Mereka senang main game mobile legend sejak masih SD. Tapi anehnya mereka berdua, si kakak EW saat lulus SD. Dapat dua hari masuk SMP, dapat dua hari tidak mau sekolah. Tiba-tiba jadi pendiam dan seperti sekarang, sehari-hari hanya main HP dan lihat TikTok," ungkap Komariyah di rumahnya, Sabtu (27/4/2024).

Dia menyebut, sejak lulus SD atau sekitar umur 12 tahun sampai 19 tahun saat ini, kondisi yang dialami EW tetap tidak ada perubahan.

"Kalau adiknya SY, juga sama. Tapi belum sempat masuk SMP. Tiba-tiba sikapnya berubah dan suka kluyuran juga senyum-senyum sendiri. Padahal sejak masih SD, mereka waktu masih sekolah SD tidak ada tanda-tanda gini. Saat sekolah nilainya bagus terus, bisa paham pelajaran sekolah," tuturnya.

Komariyah menduga, perubahan sikap dan perilaku yang dialami kedua anaknya itu diduga akibat pengaruh atau kecanduan main game.

Sebab, lanjutnya, saat kalah dalam bermain game, EW dan SY menunjukkan ekspresi marah yang berlebih.

"Saya tidak tahu kenapa, apakah karena bermain game itu. Apalagi kalau main game sering diam sendiri (terlalu fokus), bahkan tidak bisa lepas dari HP. Kalau Kakaknya EW masih tetap, dengan suka lihat TikTok sekarang. Tapi kalau adiknya sudah jarang pegang HP, tapi malah sering keluyuran," bebernya.

"Bahkan dulu pernah sekitar pukul 1 atau 2 dini hari. SY itu jalan-jalan sendiri di tengah jalan. Sampai bapaknya mencari dan bahkan hampir keserempet mobil," tambah Komariyah.

Dengan kondisi ekonomi jauh dari kata mampu, pasangan suami istri yang berprofesi sebagai buruh tani itu mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dialami dua anaknya itu.

"Dulu saya bekerja sebagai buruh tani membantu suami. Tapi sekarang, karena dua anak saya begitu, hanya suami yang kerja. Saya hanya menjaga dan merawat dua anak saya. Alhamdulillah anak pertama bisa bekerja dan merantau ke Bali. Terbantu untuk bisa mengirim uang untuk keluarganya. Sehingga dari uang itu untuk merawat adik-adiknya," jelasnya.

Menurut Komariyah, anaknya yang bernama EW pernah mengalami panas tinggi saat kecil, bahkan sampai kejang-kejang.

"Waktu itu semalam sampai step (kejang-kejang) tiga kali si kakaknya. Waktu usia kecil, sekitar 3 tahun. EW juga pernah jatuh, mau lihat TV di tetangga. Dahinya sampai berdarah dan ada bekas lukanya. Jatuh itu mungkin kepleset. Tapi kalau SY tidak pernah sakit," ucapnya.

"Kalau adiknya saat masih kecil, senang main layangan. Bermain dengan teman-temannya. Tapi sejak sakit itu, lebih banyak diam. Sejak itu juga mereka berdua jarang bermain dengan teman sebayanya," sambung Komariyah.

Bahkan, Komariyah pernah mendapati kedua anaknya itu tidak mengenali kedua orangtuanya. Kejadian itu berlangsung sekitar dua tahun lalu.

"Itu gejala yang pernah terjadi. Saat itu seterusnya tidak ingat, saya sedih dan bapaknya. Baru sekarang ini agak ingat. Proses ingat lagi, hampir satu tahun. Meskipun kumpul (dalam satu rumah) tidak merasa ingat," ucap Komariyah meneteskan air mata.

Upaya pengobatan terhadap kedua anaknya itu, juga sudah dilakukan.

"Kata dukun, kalau kakaknya sembuh, baru adiknya sembuh. Sembuh untuk ingat ke saya lagi sebagai orangtua. Kata dukun ada yang nempeli. Kalau kata dokter, juga sama, ada yang bilang gitu. Kamu lihat apa? Ya hanya bilang lihat pocong di tembok rumah (berhalusinasi). Intinya saya dapat bantuan pemerintah untuk pengobatan medis. Untuk nonmedis juga saya lakukan," ulas Komariyah.

Dia berharap kedua anaknya itu cepat sembuh dan normal kembali.

"Saya sedih. Saya pengen mereka bisa pulih seperti sediakala. Sekarang saya tidak kerja, untuk jaga kedua anak saya," pungkasnya.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait