Lamongan - Siswi kelas 6 SDN Karanggeneng yang berinisial AR (12), asal Karanggeneng, Lamongan, meninggal dunia setelah menderita luka di organ dalamnya.
Hasil pemeriksaan medis, korban didiagnosa mengalami luka robek di pankreas diduga akibat bullying di sekolah.
Baca juga: Siswi SMP di Surabaya Diperkosa Temannya, Aksi Direkam lalu Disebarkan
Salah satu anggota LPSK Lamongan, Pupuh Lingga Mardi menjelaskan, sebelum meninggal dunia, AR sempat dibawa ke puskesmas.
Dari sana, korban malah mengeluh sesak napas, perutnya sakit dan kesulitan BAB. Akhirnya, korban dibawa ke Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah Lamongan.
"Tanggal 19 Februari 2023 itu didorong, perutnya itu membentur undak-undakan seperti tangga. Tanggal 19 Februari itu dibawa ke puskesmas, lalu pulang. Habis itu mengeluh sesak dan perutnya sakit, dibawalah ke Rumah Sakit Muhammadiyah," katanya, Sabtu (04/05/2024).
Kemudian, pada Selasa (20/02/2024) korban dirujuk ke RSUD dr Soetomo oleh pihak RS Muhammadiyah Lamongan.
Keesokan harinya, Rabu (21/02/2024), AR diberangkatkan RS rujukan itu untuk mendapat pemeriksaan yang lebih komprehensif.
"Kesimpulan medisnya itu korban mengalami Pancreas Injury. Itu pankreasnya mengalami luka robekan. Jadi di Soetomo itu dirawat oleh Dokter Spesialis Bedah Anak," tambahnya.
Korban Baru Cerita Mendapat Bullying saat Dirawat
AR sempat bercerita kepada orang tuanya bila mendapat perlakuan bullying di sekolahnya. Dia mengaku didorong oleh rekannya yang berinisial FN (12), lalu terjatuh dan perutnya terbentur undak-undakan seperti anak tangga.
"Anak ini diam, anak ini gak berani ngomong. Berani ngomong itu waktu di rumah sakit kalau sebelumnya di dorong seperti itu. Penganiayaannya sengaja atau tidak, tapi itu korbannya sampai meninggal, didorong dan jatuh," ungkapnya.
Sewaktu di RS Muhammadiyah Lamongan, pihak sekolah berikut orangtua FN menjenguk korban.
Saat itu, pihak sekolah memberikan uang sebesar Rp 1 juta, sementara keluarga FN memberi uang Rp 800 ribu.
"Waktu di Soetomo itu pihak sekolah gak ada yang datang sama sekali, dan gak ada yang mendampingi sampai meninggal dunia," lanjutnya.
Pelaku Sempat Chat Korban, Meminta Maaf Atas Perbuatannya
Baca juga: Perjuangan Petugas Mengevakuasi Jenazah Pria di Surabaya
Pupuh mengungkapkan, sewaktu korban mendapat perawatan medis di RSUD dr Seotomo, FN sempat mengirimkan pesan singkat kepada AR melalui WhatsApp, FN mengirim pesan berisi permintaan maaf atas perbuatannya.
"Tanggal 24 Februari itu pelaku mengirim pesan WA ke korban isinya "maaf ya gara-gara aku, kamu sakit".
Gimana tanggungjawab sekolahnya, anak 12 tahun kan gak bisa di hukum mas. Jangan sampai sekolah ramah anak tapi gak ramah bagi anak," tegasnya
Setelah mendapat perawatan intensif selama kurang lebih 18 hari, korban kemudian dinyatakan pihak medis meninggal dunia, pada Senin (11/03/2024) lalu. "Waktu itu dirawat sudah 17 hari kemudian meninggal dunia," tuturnya.
Sekolah Klaim Korban Meninggal Akibat Penyakit Bawaan
Pasca dinyatakan meninggal, pihak sekolah disebutnya mengeklaim bila korban meninggal akibat penyakit pankreas yang sudah menjadi bawaan sejak lahir. Klaim tersebut juga dilakukan oleh pihak keluarga FN.
"Guru-gurunya di situ bilang itu penyakit bawaan. Kalau pankreas robek itu bukan penyakit bawaan, mas. Keluarganya (pelaku) itu juga seakan-akan begini, ini bukan karena sakit itu. Ini karena penyakit bawaan," ujarnya.
"Ya kalau asma, ini yang di serang itu pankreas. Apa hubungannya dengan penyakit bawaan? kan gak ada," paparnya.
Baca juga: Kabar Duka, Marissa Haque Tutup Usia
Tak Berani Segera Lapor Karena Ada Intervensi
Pupuh mengungkapkan alasan pihak keluarga yang waktu itu tak langsung melapor ke pihak berwajib, pasca AR bercerita saat dirawat di RS bila mendapat perlakuan perundungan. Alasannya, keluarga korban masih menunggu itikad baik.
"Satu, karena keluarga menunggu itikad baik. Kedua, ada yang menekan pihak keluarga dia itu supaya enggak lapor," ungkapnya.
Saat disinggung pertanyaan apakah pihak sekolah maupun keluarga pelaku melakukan intervensi tersebut, Pupuh belum bisa menjelaskan untuk saat ini. "Saya enggak ngomong pihak sekolah, tapi yang disampaikan tetangga-tetangganya seperti itu," tegasnya.
Kasus tersebut kemudian dilaporkan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Lamongan pada Kamis (02/05/2024) kemarin.
Hari ini, Sabtu (04/05/2024), keluarga korban dihubungi oleh Polres Lamongan. Informasinya, dalam waktu dekat pihak yang bersebrangan akan dipertemukan.
"Tadi dapat telfon dari polres, katanya ibunya korban, pelaku sama pihak sekolah untuk ditemukan, tanpa ada surat," pungkasnya.
Editor : Aris S