Selamat datang di mili.id - platform berita terpercaya untuk Anda. Dapatkan informasi terkini dari berbagai kategori, mulai berita nasional hingga internasional.

Raih Kota Layak Anak, Ketua Fatayat NU Wanti Pemkot Jangan Jemawa

Raih Kota Layak Anak, Ketua Fatayat NU Wanti Pemkot Jangan Jemawa © mili.id

Camelia Habiba/Foto:MiLi

Mili.id - Surabaya ditetapkan sebagai Kota Layak Anak (KLA) lima kali secara beruntun. Menyikapi hal itu, Ketua Fatayat NU Surabaya, Camelia Habiba mewanti-wanti Pemkot jangan jemawa atau bangga atas penghargaan tersebut.

"Justru ini menjadi evaluasi diri, apakah benar Surabaya sudah menjadi kota layak anak." tukas Habiba

Habiba menjelaskan, kategori kota layak anak terdapat beberapa indikator. Dari beberapa indikator tersebut, Surabaya  masuk indikator yang mana? Untuk itu, Wakil Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya ini, menekankan Pemkot turun lagi ke lapangan.

Sebab, sambung Habiba, masih banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan, khususnya sekolah-sekolah swasta, murid-muridnya terjangkit narkoba.

"Justru sekolah ini, tidak berani mempublish meminta pendampingan kepada dinas terkait. Karena khawatir grade sekolahnya dievaluasi." ketus Habiba

Menurut Habiba, harusnya hal ini jadi PR bagi pemkot, menjadikan penghargaan sebagai evaluasi dan jangan berpuas diri. "Jadikanlah ini sebagai tantangan. Apakah hanya tingkat kotanya, tapi tingkat bawahnya benar-benar sudah layak anak atau tidak?" ketus Habiba

Ia menuturkan, selama serangan pandemi Covid-19, 2 tahun anak-anak di Surabaya belajar online. Dari sudut pandangnya, ini juga tantangan terbesar, bagaimana menghilangkan ketergantungan gadget bagi anak-anak di Kota Pahlawan ini.

"Ini juga PR terbesar bagaimana mengembalikan minat baca anak-anak, juga taman baca (TB) menjadi tempat anak-anak belajar. Sehingga mengurangi ketergantungan pada gadget." jelas Habiba.

Maka, ketika dikaitkan dengan masa dua terakhir ini, Habiba mengaku, merasa malu jika Surabaya mau menerima penghargaan tersebut.

"Kalau sebelum pandemi Okelah." tegas Habiba

Karena, sambung politisi asal PKB ini, masih banyak anak-anak di jam-jam sekolah tercecer di stopan. Kendati ada alibi dari dinas terkait, anak itu tidak ber KTP Surabaya. Kemudian, masih banyak kasus-kasus kekerasan terhadap anak, tapi tidak di blowup

"Intinya Surabaya ini, jangan hanya meraih prestasi kota layak anak. Tapi bagaimana kita mengkampanyekan, mensosialisasikan, melindungi hak-hak anak. Sehingga anak Surabaya tumbuh kembang dan optimal." demikian tutup Habiba.

Baca juga: Wali Kota Surabaya Paparkan Strategi Pengembangan Transportasi Publik

Editor : Redaksi



Berita Terkait