Mojokerto - Muhammad Aan Falaqi, pria asal Dusun Daleman, Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto rupanya pandai membaca potensi bisnis yang bisa mengisi pundi-pundi uangnya.
Dirinya kini menekuni budidaya cacing tanah fosfor dan ANC di area persawahan sejak setahun terakhir.
Baca juga: Diduga Elpiji Meledak, Rumah di Mojokerto Hancur 2 Orang Dikabarkan Meninggal
Lahan sawah dianggap lebih menjanjikan untuk hasil panen ketimbang berternak cacing dalam kotak kayu.
Bagaimana tidak, dalam sebulan saja kini ia sudah bisa meraih omset sekitar Rp 20 juta dari dua lahan yang disewa dan kelolanya bersama enam pekerja di Desa Menanggal dan Desa Randubangu, Kecamatan Mojosari.
Ternak dua jenis cacing ini mulai digelutinya sejak September tahun 2022 lalu.
Bermula dari dirinya yang beralih profesi dari pengepul rongsokan kertas, menjadi penjual cacing fosfor dan ANC ke pemancingan di tahun 2021. Seiring berjalan waktu, ada masa di mana permintaan banyak, namun ayah dua anak ini tak bisa memenuhi pangsa pasar.
Akhirnya, ia melihat potensi bisnis penghasil uang yang cukup menjanjikan karena belum ada orang yang beternak cacing fosfor di area persawahan seperti yang dilakukannya saat ini di Kabupaten Mojokerto.
"Dulunya ngepul (mengepul) cacing, terus lama-kelamaan kok permintaan banyak. Pas kemarau gak dapat barang. Akhirnya nekat bikin ternak sendiri, biar gak ambil di orang, sembari belajar dari teman-teman," ujarnya.
Baca juga: Jalan di Kota Mojokerto ini Punya Julukan Menyeramkan, Hiii...
Tak ada perawatan khusus dalam beternak cacing fosfor, Aan hanya perlu lahan kosong 30*45 meter perseginya untuk menabur bibit cacing fosfor usia 3 bulan seberat 1,5 kwintal. Setelah itu barulah diberi makan dengan limbah tebu atau dikenal petani dengan nama blotong.
Lantaran, limbah gula ini mengandung karbon, nitrogen, fosfat, kalium dan mineral lain, serta cukup melimpah ketersediaannya di pabrik pengolah gula.
Nah, menginjak usia dua bulan setengah cacing fosfor siap dipanen sebanyak 2 kwintal secara berkala setiap harinya. Tentunya pakan blotong terus diberikan agar cacing tumbuh melimpah.
Berbeda dengan cacing ANC, saat memasuki usia panen dua bulan setengah hingga lima bulan lamanya, tanah yang dijadikan media ternak haruslah diganti agar pertumbuhan cacing ANC maksimal saat dipanen kembali.
Baca juga: Reklame Toko Handphone di Kota Mojokerto Disegel Satpol PP
Harga jual cacing ANC dan Fosfor itu pun kini mencapai Rp 100.000 per kilogram. Perawatannya memang harus intensif, yakni tanah harus selalu dalam keadaan basah. Saat musim kemarau pekerjanya harus melakukan penyiraman dua hari sekali agar tetap lembab dan basah.
Selama ini, untuk pemasaran dijual ke sejumlah kabupaten maupun kota di Jawa Timur. Seperti, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, dan Lamongan.
Biasanya cacing-cacing itu digunakan untuk mancing di kolam atau dijadikan makanan lobster di Pantai Pasir Putih Situbondo.
Editor : Aris S