ALPAMAL Karya Dosen PCU Jawab Penantian Warga di Sidoarjo Menikmati Air Bersih

ALPAMAL Karya Dosen PCU Jawab Penantian Warga di Sidoarjo Menikmati Air Bersih © mili.id

Girangnya anak-anak di Dusun Tegalsari, Sidoarjo saat meneguk air bersih berkat ALPAMAL karya Dosen PCU (Foto-foto: PCU for mili.id)

Sidoarjo - Masyarakat Dusun Tegalsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo akhirnya bisa menikmati air bersih berkat Alat Pemurni Air Payau dengan Material Lokal (ALPAMAL).

ALPAMAL adalah karya dosen Petra Christian University atau Universita Petra Surabaya. Dosen ini menciptakan alat tersebut untuk membantu masyarakat yang selama ini mengalami krisis air bersih.

Baca juga: Mahasiswa Universitas Petra Surabaya Tewas, Disebut Ada Dua Orang Coba Bunuh Diri

Seperti halnya di Dusun Tegalsari tersebut. Masyarakat di sana harus hidup berdampingan dengan kondisi air payau yang sangat tinggi kadar garamnya, sehingga tidak layak konsumsi.

Untuk itu, Dosen Faculty of Civil Engineering and Planning PCU, Dr.rer.nat. Ir. Surya Hermawan terus berupaya untuk memberikan solusi, salah satunya dengan membuat alat pemurni air payau dengan nama ALPAMAL.

"Masyarakat mengaku, mereka sudah lebih dari 30 tahun bergumul atas kesulitan mendapatkan air bersih. Padahal di sana ada sumber air payau. Namun mereka belum tahu cara memanfaatkannya," ungkap Surya dalam siaran pers yang diterima redaksi, Selasa (14/11/2023).

Setelah melewati masa-masa trial and error sekitar 6 tahun, akhirnya pada momen Hari Pahlawan 10 November 2023, ALPAMAL resmi bisa digunakan warga.

Dosen yang juga tergabung sebagai anggota Perkumpulan Ahli Rekayasa Pantai Indonesia (PARPI) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Timur itu menjelaskan, air yang dihasilkan ALPAMAL terbukti tidak mengandung bakteri E. coli dan bisa dikonsumsi, karena telah teruji oleh PT Sucofindo.

Selain itu, uji kelayakannya sudah memenuhi standar Kemenkes dan World Health Organization (WHO).

ALPAMAL ini menggantikan alat yang tahun lalu sempat dipasang di salah satu rumah warga di Dusun Tegalsari, yang masih belum sempurna. Kemudahan akses untuk air bersih memang menjadi dambaan bagi warga Dusun Tegalsari.

Baca juga: Sebelum Tewas, Mahasiswa UK Petra Surabaya itu Pernah Coba Bunuh Diri

Tercatat ada 178 kepala keluarga yang setiap harinya harus membeli air bersih, untuk keperluan minum dan memasak. Bila ditotal, dalam satu tahun dusun ini bisa menghabiskan biaya Rp 512.640.000 hanya untuk membeli air.

Dalam momen ini, Surya mengajak mahasiswa PCU dari kelas Ilmu Lingkungan yang ia ampu, sebagai bagian dari kegiatan Service Learning. 25 Petranesian mahasiswa ikut membantu proses perencanaan, pembuatan, hingga peluncuran ALPAMAL kepada warga setempat.

Peluncuran ALPAMAL ini merupakan lanjutan dari hibah Dikti dengan Nomor PKS: 792/E1.1/KS.03.00/2023, berjudul Program Pembinaan UMKM Nurul Ismiati, yang sedang dilakukan oleh Surya bersama empat dosen PCU lainnya.

"Banyak warga Dusun Tegalsari memiliki usaha budidaya udang, rumput laut, dan kepiting. Hasil budidaya itu kemudian dipakai untuk membuat produk-produk UMKM seperti kerupuk, bolu, dan mie. Nah, air yang sudah dimurnikan ini bisa mereka pakai untuk membuat produk UMKM tersebut. Dengan kualitas air yang lebih bersih dan sehat, saya yakin itu juga bisa meningkatkan kualitas produknya," papar Surya.

Baca juga: Mahasiswa Petra Surabaya Bunuh Diri hingga Wanita Cantik jadi Begal

Sementara Mashudi, RW dari Dusun Tegalsari mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa mendapatkan air layak konsumsi, tanpa harus membelinya lagi.

"Kami sangat senang dan berterima kasih. Sebab upaya untuk mendapat air bersih sudah kami lakukan sejak lama, misalnya dengan pengeboran. Tapi hasil airnya tetap terasa pahit," ujarnya.

"Rasa airnya segar banget," celetuk Akbar, bocah 10 tahun, anak dari warga setempat.

Akbar menjadi salah satu yang berkesempatan untuk merasakan air hasil pemurnian tersebut untuk pertama kalinya.

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait