Perayaan Nyepi bagi Umat Hindu

Perayaan Nyepi bagi Umat Hindu © mili.id

ilustrasi (iStock: BIcho_raro)

Bali - Perayaan Nyepi sangat terasa di Bali karena mayoritas masyarakatnya beragama Hindu.

Di tahun ini, Hari Raya Nyepi bertepatan dengan pergantian Tahun Baru Saka yang jatuh pada 11-12 Maret 2024.

Baca juga: Tim SAR Temukan Jenazah Alfin, Bocah 5 Tahun yang Tenggelam di Sungai Gedangan Jombang

Hari Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercaya sebagai hari penyucian dewa-dewa di pusat samudra. Nyepi sendiri berasal dari kata "sepi" yang berarti sunyi atau senyap.

Berbeda dengan hari raya agama lain yang biasanya dirayakan dengan meriah, Tahun Baru Saka dirayakan dalam keheningan, umat Hindu akan berdiam di dalam rumah untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Isa Sang Hyang Widhi Wasa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).

Sejarah Nyepi

Hari Raya Nyepi berasal dari zaman India Kuno, yang digambarkan sering terjadi konflik sosial dan fisik yang berkepanjangan.

Pada zaman itu, terdapat beberapa suku yaitu Saka (Scythia), Yueh-ci (Tiongkok), Yavana (Yunani). Malaba (Insida), dan Pahlava (Partha). Suku suku ini saling berebut wilayah-wilayah yang subur sehingga membuat mereka terus berada dalam pusaran konflik yang berkepanjangan.

Alasan mereka merebutkannya, karena wilayah subur tersebut dapat menunjang kehidupan mereka dalam jangka waktu yang panjang.

Meski terjadi konflik berkepanjangan, namun ada kalanya terjadi masa damai atau gencatan senjata. Masa ini menimbulkan akulturasi dan sinkretisme yang berujung pada perdamaian.

Baca juga: Pemerintah Hapus BBN Mobil Bekas, Berikut Komponen Biaya yang Tetap Harus Bayar

Perdamaian tersebut terjadi setelah bangsa Saka menaklukkan suku-suku lainnya dn menduduki berbagai wilayah. Setelah perdamaian tercapai, bangsa Saka pun kemudian memilih tahun Saka pada 78 Masehi saat menobatkan Chasana sebagai Raja.

Tahun pertama Saja dimulai pada 78 Masehi, sementara bulan pertama tahun Saka adalah Caitra, yang bertepatan antara bulan Maret dan April. Perjuangan bangsa Saka ini menginspirasi Raja Kaniska I (127-150) yang kemudian juga turut mengadopsi sistem penanggalannya.

Tidak hanya mengadopsi saja, ia juga berperan dalam penggunaan tahun Saka secara luas. Tahun baru Saka inilah yang kemudian diperingati di seluruh negeri dengan cara bertapa, brata, dan samadhi, atau dinilai sebagai Hari Raya Nyepi di Indonesia.

Tujuan Hari Raya Nyepi

1. Aspek Sosial
Dari aspek ini, perayaan nyepi bertujuan agar masyarakat terutama umat Hindu berintegrasi dengan bersama-sama menggiring Ida Betra dari awal sampai ke Bale Agung. Tujuan lainnya yaitu untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama.

Baca juga: Wisatawan USA Terjatuh dari Tangga Pantai Atuh Bali, Ini Identitas dan Kondisinya

2. Aspek Religius
Adapun dari aspek religius, perayaan nyepi bertujuan sebagai proses penyucian diri untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksa). Dengan demikian, akan terbina kehidupan berlandaskan satyam (kebenaran), siwam (kesucian), sundaram (keharmonisan).

Makna Hari Raya Nyepi

Bagi umat Hindu, Hari Raya Nyepi memiliki makna dan tujuan sebagai terciptanya suasana sepi dari hiruk pikuknya kehidupan serta nafsu dan keserakahan sifat manusia. Juga sebagai waktu untuk memohon ampunan kepada Tuhan dan melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam semesta).

Karena Nyepi sendiri memiliki arti sepi atau sunyi maka selama Hari Raya Nyepi, seluruh umat Hindu dilarang melakukan aktifitas sehari-hari seperti keluar rumah, menyalakan lampu, menyalakan api, bekerja, dan lain-lain. Bahkan semua kantor dan sekolah diliburkan kecuali rumah sakit.

Editor : Aris S



Berita Terkait