Bencana Chernobyl 26 April 1986, Kecelakaan Reaktor Nuklir Terburuk dalam Sejarah

© mili.id

Ilustrasi (Foto: iStock/MediaProduction)

mili.id - Tanggal 26 April 1986 dunia pernah digegerkan dengan meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl di Pripyat, Ukraina, yang sebelumnya bergabung dengan Uni Soviet.

Dirangkum dari berbagai sumber, bencana Chernobyl ini disebut-sebut kecelakaan reaktor nuklir terparah dan terburuk dalam sejarah. Ledakan reaktor nuklir nomor 4 itu mengandung radioaktif 400 kali lebih banyak dibandingkan bom atom Hiroshima, Jepang pada 1945.

Imbas dari ledakan kala itu, radiasi nuklir yang lepas ke atmosfer terbawa angin hingga ke arah Eropa Timur dan Utara, dan mencemari jutaan hektar hutan serta lahan pertanian.

Puluhan ribu penduduk yang berada di Kota Chernobyl diungsikan jauh dari daerah tersebut. Diperkirakan 5.000 lebih warga Uni Soviet meninggal dunia akibat kanker atau penyakit lain akibat radiasi nuklir tersebut.

Sementara ada jutaan orang lainnya mengalami gangguan kesehatan yang cukup signifikan. Sebanyak 500 ribu orang diterjunkan untuk menanggulangi bencana tersebut dengan menghabiskan dana sebesar 18 miliar rubel.

Detik-detik Reaktor Nuklir Nomor 4 Meledak

Bencana dimulai ketika sedang dilakukan pengujian sistem tanggal 26 April 1986 di reaktor nomor 4 PLTN Chernobyl, yang letaknya dekat Pripyat dan dekat dengan perbatasan Belarus dan Sungai Dnieper.

Saat sedang dilakukan uji sistem itu, reaktor nomor 4 mengalami lonjakan energi secara tiba-tiba dan tak diduga.

Ketika petugas mencoba mematikan reaktor secara darurat, daya itu malah melonjak sangat tinggi hingga menyebabkan tangki reaktor pecah dan diikuti serangkaian ledakan uap.

Memicu Kebakaran Seminggu di PLTN Chernobyl

Serangkaian ledakan itu membuat reaktor nomor 4 melepaskan moderator neutron grafit ke udara hingga menimbulkan kobaran api.

Kebakaran yang dihasilkan berlangsung seminggu penuh dan melepaskan debu partikel radioaktif ke atmosfer secara meluas, termasuk Pripyat.

Partikel yang mengandung radioaktif itu tersebar ke kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa. Menurut data resmi kala itu, diperkirakan sekitar 60 persen debu radioaktif jatuh di Belarus.

Zona Steril Radius 10 Kilometer dan Terus Bertambah

36 jam setelah insiden ini, otoritas Soviet memberlakukan zona eksklusi sejauh 10 kilometer yang menyebabkan pemerintah setempat kelimpungan melakukan evakuasi cepat terhadap 49.000 manusia di Pripyat.

Karena debu mengandung radioaktif terus dihasilkan dari terbakarnya reaktor nomor 4 selama seminggu penuh, zona evakuasi kemudian diperbesar dari 10 menjadi 30 kilometer.

Sekitar seminggu setelah insiden, tercatat ada 68.000 penduduk lagi yang harus dievakuasi, termasuk dari kota Chernobyl sendiri.

Menurut survei dan deteksi dari zona terisolasi menyebutkan bahwa total ada sekitar 135.000 orang pengungsi jangka panjang. Jumlah ini naik hampir tiga kali lipat menjadi 350.000 orang pada dekade setelahnya, 1986-2000.

Tempat Sangat Berbahaya Bagi Manusia, 3.000 Tahun Lagi Bisa Dihuni

Saking tingginya radiasi nuklir pascaledakan itu, alat pengukur radiasi bahkan tidak bisa memperkirakan berapa mikrorontgen radiasi yang sudah menyebar. Radiasi nuklir mencapai jarak 200 ribu kilometer persegi hingga Belarusia, Rusia, dan Eropa.

Sehingga, daerah itu dikategorikan sebagai tempat yang sangat berbahaya bila ditinggali manusia. Sementara dikutip dari News, akibat tingginya radiasi, kawasan Chernobyl baru bisa dihuni kembali oleh manusia 3.000 tahun kemudian.

Hingga kini, upaya penahanan manusia untuk tinggal di sana dan pemantauan radiasi masih terus berlanjut. Pembersihan wilayah diperkirakan akan berlangsung hingga setidaknya 2065 mendatang.

Meskipun di Chernobyl masih diberlakukan zona eksklusi tidak boleh ditinggali manusia, tapi masih ada saja penduduk yang kembali tinggal di kawasan radiasi secara ilegal.

Diperkirakan sekitar 130 hingga 150 orang masih tinggal di daerah tersebut. Mereka kebanyakan perempuan berusia 70-an hingga 80-an yang menggantungkan hidupnya dengan bertani di tanah leluhurnya.

Kendati zona eksklusi masih berlangsung, otoritas Ukraina pada 2011 membuka kawasan tersebut untuk pariwisata. Sejak itu, banyak pemandu membawa pengunjung untuk melihat satwa liar serta menjelajah kota hantu yang ditinggalkan penduduknya.

Untuk meminimalisir paparan radiasi, pemandu wisata setempat membawa dosimeter (alat pengukur radiasi) dan menginstruksikan pengunjung untuk tidak makan, minum atau merokok selama berada di zona eksklusi tersebut.

 

Editor : Narendra Bakrie



Berita Terkait