Tahukah Anda jika Praktik Kebidanan Ada Sejak 40.000 Sebelum Masehi

© mili.id

Ilustrasi (iStock: kleferpIx)

Mili.id - Hari Bidan Sedunia atau International Day of The Midwife jatuh pada tanggal 5 Mei, penetapan ini dimulai sejak tahun 80-an, tapi baru diresmikan secara formal pada tahun 1992.

Melansir International Midwives, praktik kebidanan sudah ada sejak era Paleolitik (40.000 SM), pada masa itu, kehamilan dan persalinan sangat menantang dan mengancam jiwa perempuan.

Lalu dari 3500 SM hingga 300 SM, era Mesir dan Yunani-Romawi, ada kemajuan besar dalam pengembangan dan kebidanan sebagai profesi berbayar yang otonom, ilmiah, dan dihormati.

Namun pada akhir tahun 300 SM, sikap sosial tentang bidan perempuan berubah, profesi ini menjadi di bawah hirarki kedokteran yang diawasi pria.

Di Eropa dan Mediterania, era Alkitab (2.200 SM – 1.700 SM) melihat pemberdayaan perempuan berperan besar dalam membangun profesionalisme kebidanan.

Namun, dengan kedatangan Abad Pertengahan (1.000-1.250 M), bidan atau tabib perempuan dianggap penyihir. Mereka akan digantung atau dibakar sampai mati.

Sementara di Tiongkok, bidan perempuan mempraktikkan kebidanan melalui pengobatan tradisional selama ribuan tahun.

Sedangkan di Thailand maupun Cile, praktik kebidanan telah ada berabad-abad.

Pada awalnya dan secara historis, praktik ini merupakan layanan yang diperuntukkan bagi orang miskin dan kurang mampu.

Kemudian di Afrika, bidan tradisional menjadi bagian integral dari pengobatan selama berabad-abad, tetapi orang Eropa banyak membawa orang Afrika ke Amerika Serikat abad ke-17.

Kala itu, beberapa perempuan Afrika diperbudak untuk dilatih dan dijadikan bidan. Bidan masih menjadi penyedia layanan kesehatan utama saat melahirkan pada masa itu, mereka terus melayani perempuan Afrika dan ras lain saat melahirkan.

Sejarah Bidan di Indonesia

Berbagai sumber mengatakan, pendidikan bidan pertama kali dibuka di Batavia oleh dokter militer Belanda, DR. W. Bosch tahun 1851, tapi karena kekurangan peserta didik, program ini pun tak berlangsung lama.

Lalu pada tahun 1902, Rumah Sakit Militer di Batavia kembali membuka pendidikan bidan bagi perempuan pribumi. Hal ini karena pendidikan bidan adalah sebuah gerakan positif yang akan berpengaruh dalam perjalanan dunia kebidanan di Indonesia.

Lalu pada tahun 1904, pendidikan bidan resmi dibuka di Makassar. Lulusan dari Batavia harus bersedia ditempatkan di mana saja berdasarkan daerah yang membutuhkan. Mereka harus mau menolong masyarakat bahkan secara cuma-cuma.

Adanya pendidikan bidan ini, pada masa itu mendorong berbagai rumah sakit untuk meningkatkan kualitas tenaga kerjanya. Kemudian tahun 1911, pendidikan tenaga keperawatan dimulai di RSUP Semarang dan Batavia.

Awalnya rumah sakit itu hanya menerima peserta didik pria saja. Tapi tiga tahun setelahnya, mulai menerima peserta didik perempuan dengan masa pendidikan selama 4 tahun.

Pendidikan bidan semakin berkembang pada pemerintah kolonial Belanda tahun 1935. Banyak sekolah bidan yang dibuka di kota-kota besar. Lalu setelah kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1950-1953, sekolah bidan dari lulusan SMP dengan masa pendidikan tiga tahun dibuka.

Sejak masa itu mulai banyak tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk persalinan. Pendidikan pembantu bidan pun dibuka sampai sekitar tahun 1976, bagi lulusan SMP dengan tambahan dua tahun pendidikan kebidanan dasar.

Pendidikan kebidanan di Indonesia pun terus mengalami perkembangan yang signifikan, hingga akhirnya tanggal 24 Juni 1951. Konferensi bidan pertama Indonesia bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berhasil diselenggarakan.

Adanya IBI menunjukkan bahwa tenaga bidan sangat krusial di Indonesia. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, diharapkan bisa menunjang pemerataan bidan di seluruh pelosok Indonesia.

Editor : Aris S



Berita Terkait